Turun Mandi Feyka

Pulang Mandi

Dua milestone penting pulang kampung tahun ini adalah dua prosesi agama dan budaya buat gadis kecil ku Alifa Feykaniam Panne, turun mandi dan aqiqah, yang keduanya direncanakan pas setelah lebaran.

Turun mandi merupakan salah satu budaya minang diselingkaran Batu Bajanjang, prosesinya si anak akan di arak (dibawa dan diringi rame-rame) ke tepian tempat mandi masyarakat kampuang sesuai dengan jenis kelaminnya, anak perempuan ke tempat mandi perempuan, dan anak laki-laki ke tepian laki-laki, dengan prosesi adat, maksud harfiahnya adalah menandakan si anak siap bergaul dalam masyarakat yg berbagai macam, adat ini mungkin tidak ada disemua wilayah minang, karena tidak semua nagari punya tepian tempat mandi 🙂
Yang melakukan prosesi adat ini adalah keluarga bapak, atau keluarga bako dari sianak, dalam hal ini keluarga ku sendiri :).

Diselenggarakan seperti halnya perayaan khitan di jawa, dalam suasana “baralek” (pesta), ada “baban” (bawaan dalam carano dan

Bararak..

“dulang”) berupa nasi “lamak” (nasi ketan) lengkap dengan hiasan dan koin 500an, lenkap sirih pinang, anak baban (yang membawa baban) legkap dengan busana adat, kemudian ada yg “mandukuang”(menggendong) biasanya saudari kandung si bapak, untuk Feyka yg mandukuang adalah Bunda nya (Opet adik saya nomor dua), kalau Fathi dua tahun lalu yang menggendong maminya (Kori adikku yang kecil), dan tentu saja pengambil momen, Yandanya sendiri 🙂

Urutan acaranya mulai dari persiapan, masak-memasak dan persiapan baban, memanggil mamak-mamak dan pembesar suku (penghulu, manti, dubalang dan pandito), urang sumando, pengurun KAN (Kerapatan Adat Nagari) dan anak-anak pisang (anak mamak), kemudian pada hari H, Feyka di dandani, termasuk perangkat prosesi, mulai dari yang mandukuang, anak baban, pambao carano (tempat sirih pinang), tukang talempong (alat musik tradisional minang), pambao katang (tas rotan khas minang) dan tangguak (alat penanggap ikan).

Kemudian mulai di arak dari rumah bako ka tepian tempat mandi, di Jorong kampuang tangah tepian mandi perempuan adalah lubuak pacah, sekitar 500 m dari rumah, diiringi telempong dengan irama khas Feyka di gendong bunda asyik mainkan hiasan payung.

Setelah sampai ditepian, lepas baju prosesi dilakukan oleh 3 induak-induak saudara saya dan oma feyka (saudari mama saya), satu orang menggendong dan bertugas memandikan (Tek eli)…), satu orang menghanyutkan kelapa kemudian memecahkan dan memandikan feyka dengan air kelapa (uni muni), satu orang menangkap kelapa yg dihanyutkan dengan tangguak (Maktuo kakak opa feyka).

Feyka di cuci muka, senang main air, sama kayak uninya 2 tahun lalu ;), kemudian kelapa dihanyutkan dan ditangkap dengan tangguak sebanyak 3 kali, kemudian kelapa dipecahkan dan airnya dijadikan buat mandi Feyka, pas tersiram air kelapa, fey teriak sekencang-kencangnya..hehe…kedinginan… :), kemudian baru disiram air sungai.

Harfiah dari prosesi ini, kelapa yang di hanyutkan kemudian ditangkap dan dipecahkan serta dijadikan buat mandi bermakna dalam kehidupan bermasyarakat kebersamaan dan tolong merupakan nilai terpenting, inilah yang harus diajarkan ke anak-anak yang kelak akan jadi bagian masyarakat.

Setelah itu, kembali kerumah dan di dandani layaknya ratu kecil, sementara itu kaum bapak pembesar suku dan nagari yang diundang juga berkumpul untuk makan bersama sebagai syukuran kemudian dilanjutkan doa yang dipimpin orang siak (alim) tentu saja karena ini prosesi adat, pidato sebelum makan dan sesudah makan serta bakar kemenyan sebelum doa merupakan salah satu pelengkap 😉

Semoga bernilai baik untuk menjaga kelestarian budaya dan adat minang yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan.

Tumbuh besar gadis manisku dengan agama dan kasanah akar budaya yang sejalan…. 🙂

This slideshow requires JavaScript.

One Comment Add yours

  1. Hi there to every one, it’s really a nice for me to go
    to see this website, it consists of priceless Information.

Leave a comment