Saya mulai berkenalan dengan dunia Project management tahun 2005, dengan proyek pertama adalah adalah System Pengendali Banjir Underpass Senen, Jakarta pusat. Sejak itu Project Management menjadi menarik buat saya.
Sebagai salah satu profesi, Project management juga mempunyai referensi dalam pelaksanaan aktivitasnya selayaknya profesi-profesi profesional lainnya. Secara global ada dua referensi Project Management, salah satunya adalah Project Management Body Of Knowledge (PMBOK) yang dikeluarkan dan diupdate terus menerus oleh Project Management Institute (PMI) yang berpusat di Amerika Serikat. Saya memulai perkenalan dengan referensi ini pada saat PMBOK edisi ke-3.
Pada awalnya mempelajari Project management melalui PMBOK, murni untuk mendapatkan pengetahuan menjalankan prinsip-prinsip Project Management secara terarah berdasarkan referensi yang diakui secara global pada project-project yang saya manage.
Semangat untuk fokus di Project Management juga semakin tumbuh dengan adanya kesempatan mengikuti training in house Project Management yang diselenggarakan oleh perusahaan tempat saya bekerja saat itu, di mana silabusnya berdasarkan PMBOK dan trainernya kebetulan juga sudah sertifikasi di Project Management Professional (PMP).
Dari informasi Trainer tersebut, saya mengetahui bahwa profesi Project management juga mempunyai satu sertifikasi yang diakui secara global yang dikeluarkan oleh PMI bagi orang-orang yang lulus Exam, sertifikasi ini menjadi pengakuan profesional terhadap orang-orang yang berprofesi di Project management di seluruh dunia dan dijadikan impian banyak Project Manager untuk dapatkannya.
Secara pribadi saya mulai tertarik untuk sertifikasi Project management Professional PMP pada waktu pmbok edisi ke-4 tahun 2010, saya mulai mendaftar sebagai anggota Project Management Institute dan beberapa kali mengikuti program PMI Indonesia Chapter, Open membership Meeting (OMM) yang diselenggarakan regular per bulan.
OMM ini merupakan seminar singkat yang membahas topik-topik khusus dalam Project management dan selalu diakhiri dengan tes tingkat soal-soal exam project management professional. Event ini program khusus PMI Indonesia chapter.
Saya mulai serius untuk memenuhi syarat application untuk test PMP dengan mengikuti Training Integrated Project Management tahun 2011 yang masih refer ke PMBOK 4, dari training ini saya mendapatkan 32 PDU di salah satu provider resmi yang diakui oleh PMI untuk education di Indonesia, PT. Prosys solution. Dengan tambahan 2 PDU dari in house training, memungkinkan saya untuk mencukupi syarat awal pendaftaran sertifikasi yaitu 35 PDU Project Management Education.
Berbekal syarat edukasi dan pengalaman terlibat dalam Project Management yang sudah lebih dari 4500 jam saya mencoba mengajukan aplikasi sertifikasi PMP tahun 2012, ini yang pertama saya submit apllication. Dan aplikasi saya diterima waktu itu, hanya menunggu pembayaran untuk mendapatkan eligible ID untuk exam.
Tetapi karena biaya test yang cukup mahal, saya melewatkan kesempatan pertama ini sampai masa eligible expired. Setelah itu karena kesibukan di proyek semangat untuk sertifikasi mengendor.
Sampai akhirnya tahun 2016, saya mengetahui informasi bahwa PMI Indonesia Chapter mempunyai satu program khusus untuk para peminat sertifikasi PMP yang membahas PMBOK secara khusus dan mendalam dan gratis, tapi dengan syarat sudah menjadi anggota PMI Indonesia Chapter dan sudah memiliki eligible ID untuk test, program ini didamakan Study Group. Pelaksanaannya setiap jumat malam, jam 19.00 – 00.00, diberbagai tempat seputaran Jakarta.
Semangat untuk sertifikasi kembali menggebu. Saya apply lagi cridential untul exam PMP dan alhamdulillah diterima tanpa Audit. Dengan hati yang mantap saya bayar USD 450 untuk eligibe ID, dan saya bergabung ke Program Study Group (SG) yang sudah ke-10 tahun 2016. Reference sudah PMBOK 5, bukan lagi PMBOK 4.
Memang betul, di SG-10 setiap minggu dibahas satu Chapter dengan mendalam melalui metode diskusi, bukan dalam bentuk training satu arah, mungkin lebih tepatnya seperti FGD. Mentee, sebutan untuk peserta di paksa untuk membaca PMBOK perminggu minimal satu chapter untuk dibahas diminggu berikutnya. Metode yang khas di SG ini untuk membantu pemahaman mentee adalah brain dump kiri dan kanan, kiri 47 proses (PMBOK-5), kanan ringkasan rumus dan hal yang dianggap penting. Brain dump ini sangat efektif untuk membantu menghafalkan point-poin yang memang harus hafal mati.
Metode khusus lainnya adalah story line untuk setiap proses dan output. Metode ini membantu pemahaman terhadap alur pengelolaan proyek menurut PMBOK guide.
Tapi, rupanya memahami alur guide PMBOK bagi saya bukanlah hal mudah, sampai akhir SG-10, saya belum dapat poin-poin dan pemahaman apa sih itu PMBOK, total 13 minggu saya tidak pernah absen, diakhir sesi Final Trial Exam tanggal 29 Oktober 2016, saya hanya dapat 63%, masih belum mencukupi untuk lolos batas minimal. Salah satu penyebab menurut saya karena tidak dengan sukarela melepaskan cara pengelolaan proyek sehari-hari, dengan PMBOK “ism”.
Setelah selesai 13 minggu di SG-10, saya jadwalkan test tanggal 7 April 2017, dan hasilnya, Fail. Semua indikator performa Below Proficient. Saya sempat mendaftar untuk pengulangan test ke-2 dengan bayar separo harga, tetapi karena sudah kembali habis waktu mengelola proyek, sementara waktu proses sertifikasi ini ter pending.
Akhirnya kesempatan itu datang lagi di awal 2019, dengan jadwal proyek yang relatif renggang, saya coba serius lagi untuk persiapan exam. Submit application lagi untuk cridential exam, dan alhamdulillah lagi-lagi di approve tanpa audit. Berdasarkan info dari rekan-rekan SG-10 yang sudah pada pass exam PMP dan menjadi mentor study group, saya bergabung lagi di Study Group PMI Indonesia, SG-15.
Saya mulai SG-15 dengan membawa bekal sisa-sisa pemahaman SG-10, dengan berupaya menghindari kelemahan di SG sebelumnya. Penguatan konsep, konteks dan detail saya fokuskan. Dump kiri, yang sudah berubah ke 49 proses saya tambahkan dengan output masing-masing proses sebagai metode untuk menghafalkan.
Lebih aktif diskusi juga sangat membantu pemahaman terhadap konsep. Baik di class maupun di gruop WA. Semua output proses saya buatkan matrix konteks dan contentnya, termasuk tools dan dokumen. Sehingga lebih mudah untuk di mengerti.
Tapi lagi-lagi, SG-15 selesai, belum sepenuhnya enggage dengan pemahaman PMBOK, ditandai hasil trial test akhir hanya 77%. Bahkan trial di exam simulator, tidak beranjak dari 70% yang tentu saja susah untuk pass exam, berdasarkan pengalaman para mentor, minimal hasi trial 80%.
Berhubung eligible saya semakin mendekati expire, akhirnya saya kuatkan untuk put date exam tanggal 4 November 2019. Waktu tunggu saya manfaatkan untuk trial exam dan review semua jawaban yang salah.
Finally, akhirnya, perjuangan dan penantian panjang di akhiri dengan secuil tulisan “pass” di layar komputer, s.esaat setelah tombol “end exam” di klik. Lega.
“Tidak ada short cut dan tip cepat untuk pass exam PMP, selain membaca dan memahami alur guide PMBOK”..
Pearson VUE, Sovereign Plasa, TB Simatupang, 4 Nov 2019