
Dulu, sebelum tamat SMP, saya sudah mulai membuat perencanaan tentang masa depan, rencana langkah yang logis sesuai dengan kondisi saat itu.
Cita-cita jadi insinyur, Tamat SMP saya rencanakan masuk STM bukan SMA, alasan logisnya agar bisa membantu orang tua dalam hal pembiayaan sekolah dan setelah tamat bisa cepat bekerja untuk pembiayaan sekolah selanjutnya. Allah SWT mengabulkan, saya bisa sekolah sambil bekerja, lumayan membantu Mama.
Menjelang tamat STM/SMK 1999, saya kembali mengatur langkah, saya tidak akan kuliah lansung setamat STM, tapi akan bekerja dulu setahun agar tahun kedua bisa kuliah sambil bekerja, alasan logis lagi-lagi karena kondisi saat itu. Mama tetap mendorong saya agar tetap ikut tes, saya ambil Teknik Mesin Unand dan Sriwijaya Palembang, memang tidak lolos saat itu.
Allah SWT kembali mengabulkan, setamat STM saya bisa lansung bekerja, dan memulai persiapan untuk masuk perguruan tinggi tahun 2000.
Saya kembali mengatur langkah, sepertinya kalau ikut SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan memilih S1, akan berat persaingan, karena bagaimanapun bekal tamatan STM untuk ujian tidaklah sekuat SMA, saya kuatkan niat saya untuk masuk D3 Politeknik Universitas Andalas. Tapi lagi-lagi karena dorongan mama saya tetap ikut SNMPTN tahun 2000, ambil Tenik Mesin Unand dan Syah Kuala Aceh dan saya gagal.
Namun Allah SWT kembali mengabulkan azzam saya, akhirnya diterima di D3 Teknik Mesin Politeknik Universitas Andalas tahun 2000 sambil tetap bekerja di PT AMI. Alhamdulillah bisa sedikit meringankan perjuangan mama yang waktu itu merawat 3 anak yatim yang semua sekolah dan kuliah dalam waktu bersamaan.
Tamat 2003, saya kembali mengatur langkah dan berazzam, segera merantau ke Jakarta, kenapa ke ibu kota? Karena disana kesempatan untuk melanjutkan pendidikan terbuka lebar. Allah SWT kembali mengabulkan, di Jakarta saya bisa lansung bekerja dan kembali mengatur langkah untuk melanjutkan ke S1 setelah minimal 1 tahun bekerja.
2005 saya tes S1 ekstensi Universitas Indonesia, diterima, tetapi dengan alasan logis akhirnya saya batalkan, karena di UI kuliah tiap hari sore jam 5, sementara saya baru pulang bekerja jam yang sama dan juga sering dinas luar, tidak mungkin. Saya akhirnya melanjutkan S1 di Universitas Pancasila Jakarta, serasa tetap kuliah di UI, karena pembimbing skripsi saya Prof. Bambang Suryawan, guru besar UI dan saya bimbingan ke Fakultas Teknik, jurusan Mesin UI, depok, lebih dari setahun bolak balik.
2008 saya selesai S1, mama tidak sempat menghadiri wisuda waktu itu, setelah itu kembali mengatur langkah menyambung pendidikan selanjutnya dengan target sebelum 30 tahun sudah S2. Tetapi Allah SWT memberikan saya ni’mat dan rahmat yang lain, seorang gadis manis dititipkanNYA untuk sama-sama mengatur langkah, kalau dulu sendiri sekarang berdua, dia juga baru S2 dari Universitas Andalas saat itu dan sudah mengajar di Bogor.
Berdua dengan istri kembali mengatur langkah, dia akan S3 saat saya sudah selesaikan S2. Rupanya cukup lama terpending, rahmat dan ni’mat yang lain 2 gadis dan 1 bujang dititipkanNYA, menjadikan rencana yang sudah di susun itu tersimpan sementara waktu diganti dengan usaha menata hidup dan kehidupan menjadi lebih baik.
Akhirnya 2015, setelah kehidupan rasanya sudah cukup stabil dan tuntutan yang tercinta akan rencana pribadi dia S3 menjelang 40 tahun, saya ikut tes S2 di UI, kenapa UI? Jurusan Magister Manajemen Proyek yang merupakan profesi saya, hanya ada di UI. Semester ganjil gagal, saya ulang lagi semester genap, gagal lagi.
Susah rupanya masuk UI, dengan alasan logis saya akhirnya mengikuti kursus intensif ujian masuk UI awal 2016 dan ikut tes lagi semester ganjil, lagi-lagi gagal. Hatrick 3x gagal, saya mengalihkan rencana S2 dengan fokus ke profesi professional, berjuang untuk bisa sertifikasi internasional di manajemen proyek, 2019 saya dapatkan itu.
2019 kembali mengatur langkah, saya dan istri sepakat, kalau dia bisa lolos tes di UI, silahkan lanjut S3 dulu, hanya di UI tidak di universitas lain, setelah itu saya rencanakan menyusul mana tau bisa bersamaan lulus.
Istri rupanya lulus S3 hanya sekali tes, hebat!, semester ganjil 2019 dia mulai study di Fakultas Hukum UI. Saya juga mulai persiapan, dengan alasan satu dan lain hal 2020, fokus ke istri dulu, dia tidak dapat beasiswa, jadi perlu perjuangan khusus untuk memberikan beasiswa “BUDi” suami. 🙂
Akhirnya, 2021, menjelang umur 40 tahun, setelah tes ke-4, dengan persiapan lebih kurang 6 bulan, Allah kembali mengabulkan doa dan azzam, semester ganjil ini diterima Program Magister Manajemen Proyek, di Universitas Indonesia, insya Allah mulai kuliah Juni 2021. Jaket kuning.. alhamdulillah.
Menyusun langkah dan berencana adalah kewajiban setiap insan, saya sepanjang hidup yang sudah dijalani selalu membuat rencana logis untuk kehidupan lebih baik, dulu saya sebut rencana dua tahunan, yaitu dibidang pendidikan dan ilmu, kenapa sekolah? Karena itulah yang paling logis untuk diperjuangkan, selain itu tuntunan agama juga mengajarkan, “Allah akan menaikkan derajat orang-orang berilmu”, derajat, bukan harta..
Kemudian berdoa dan tentu saja diikuti ikhtiar, selanjutnya kita gantungkan putusannya kepada Yang Maha Mengatur, Dia mengabulkan doa pada saatnya.
Bogor, 25 April 2021|13 Ramadhan 1442H