Mama dan nak bujang Part-43: puber

Cerita kali ini agak bagaimana gitu, untuk di ceritakan. 🙂. Malu.. Saya melihat teman-teman bahkan dari kelas satu sudah ada yang pubertas, baligh bahasa agamanya. Teman-teman perempuan lebih mudah dikenali dengan di tandai, tidak ikut shalat dhuha bersama pak Syafi’i, “lagi tidak shalat”, alasannya. Sedangkan teman laki-laki agak sulit dilihat kasat mata, kecuali bercerita. Tapi…

Mama dan nak bujang Part-42: ditinggal “raun”

Musim liburan, anak-anak selesai terima raport semester ganjil. Liburan naik kelas 3 SMP saya ditinggal “raun”. Mama, Opet dan Kori liburan ke Jakarta, sambil melihat uni Deni yang baru di boyong oleh suami ke ibu kota. Saya tidak bisa ikut, ada jadwal perkemahan yang akhirnya kecewa karena juga gagal, akibat kwarcab Solok terlambat memberikan info….

Mama dan nak bujang Part-41: kelas “unggulan”

Kelas dua SMP saya masuk kelas 2B yang berisi para juara di semua kelas satu, dari A-I. Sebelumnya saya sudah cerita siapa saja yang ada kelas ini, jempolan kota Solok. Saya agak banyak kehilangan memori di kelas dua SMP ini, dibandingkan kelas satu dan kelas 3, mungkin ini salah satu efek buruk dari pemaksaan penyamarataan…

Mama dan nak bujang Part-40: Sinematografi dan Manga

Saya penyuka sinematografi, film, semua genre kecuali horor. kalau diingat pertama kali bersinggungan dengan sinematografi dan akhirnya jatuh cinta, yaitu sejak mama beli TV merek National hitam putih kelas 2 atau 3 SD. Film wajib yang ditonton saat itu adalah G30SPKI, menurut saya sungguh film yang secara sinemanya luar biasa, dan lakon sebagai Bapak Soeharto…

Mama dan nak bujang Part-39: Pak Syafi’i

Mushalla SMP 1 saat saya kelas 2 ada disamping kantin, bangunan sebelah kanan pertama dari gerbang. Sementara kelas kami 2B, kelas unggulan ada di gedung baru diseberang jalan mushalla ini. Dulu disana ada lapangan basket juga. Setiap zuhur kami harus shalat berjamaah di mushalla, guru yang jadi imam dan yang selalu “menyinyiri” kami Pak Safi’i,…