
Reformasi membuka keran media..
Saya masih ingat tahun 90an hanya TVRI yang jadi sumber informasi, juga masih ingat ditahun-tahun itu setiap TV swasta wajib merelay dunia dalam beritanya TVRI setiap jam 9.
Setelah reformasi berjamuran lah media-media baik tingkat nasional maupun lokal, TVRI rela tidak rela lansung jadi pilihan ke sekian untuk di pilih channelnya.
Masih segar juga di ingatan, tahun segitu musuh kita hanya PKI, bukan teroris bukan liberal, pahlawan kita adalah tokoh-tokoh serangan umun satu maret dan G30SPKI, tidak ada ribut-ribut yang kadang ada hanya berita mayat preman bertato bekas kena tembak.
Berita indonesia sedang lepas landas menuju negara maju, dengan pembangunan terencana 5 tahun dan 25 tahun, pendapatan perkapita sudah mencapai 3500 usd, siaran lansung klompencapir yang di hadiri pak harto,panen raya, dan berita-berita positif lannya selalu yang menjadi kabar utama TVRI,bagi saya warga pedalaman waktu itu dan masih “bayi” beranggapan dan tertanam dimemori bahwa indonesia menuju negara maju, itu jugalah yang mendorong saya untuk meraih pendidikan keluar dari pedalaman.
Terlepas dari berita politik kotor lainnya yang memang tidak pernah sampai ke rakyat kecil..
Setelah reformasi keran media terbuka, rupanya banyak sekali musuh kita, orde baru lansung seketika jadi musuh, “lakon” selama 30 tahun, tiba-tiba jadi sejajar dengan aidit hanya dalam tempo singkat, TV swasta menjamur tapi isinya kebanyakan tentara menembak rakyatnya, teroris, bom dimana-mana, bentrokan antara kampung, adu jotos para pelajar dan berita beraura negatif lainnya.
Dari pandangan pribadi saya, perubahan kebebasan media ini mempengaruhi dengan sangat suasana bermasyarakat indonesia, saya jadikan studi bandijg kampung saya tercinta yang sampai sekarang masih pedalaman, perilaku masyarakat dari anak sd sampai kakek-kakek ubanan mulai terkotori (kasarnya) karena media, tawuran antar kampung yang dulu tak pernah ada, sekarang lumrah, karena mereka melihat di media, debat kusir yang menyebab perecahan karena perbedaan golongan di kedai-kedai sudah tidak bisa dihindari, perpecahan jadi keniscayaan.
Apalagi saat ini berita di TV dan media-media main stream benar-benar sebagian besar auranya negatif, saya yakin seyakin yakinnya nya para pemuda indoneasia saat ini dengan presentase yang sama berfikir bahwa indonesia saat ini yang ada hanya jeleknya, paling miskin, paling korup, paling mudah ribut dan hal lainnya yang membuat mereka lebih cinta negara tetangga, karena apa? Media…
Terus?karena kita saat ini hidup dijaman ini, yang mau tidak mau akan jadi potensi korban media, kalau kita terbawa arus aura negatifnya, maka sangat merugilah kita, positifnya saat ini informasi tidak lagi bisa dikooptasi satu atau dua sumber info, kita juga bisa memilih,karena disaat buruk rupanya media utama, sunnatullah media-media idealis kecil yang digawangi orang perorang atau organisasi juga banyak muncul yang bisa kita jadikan referensi lain sebagai pembanding berita dari media arus utama..
Ayo tinggalkan saja media dengan aura negatif, demi positifnya Indonesia yang saat ini bagaikan permata dilautan oleh negara-negara lain, lansung pindah channel atau lansung sobek halaman koran atau tutup broswer jika jelas auranya sudah negatif.
Hati dan pikiran murni kita bisa membedakan….
Betul, tajam sekali , saya setuju dengan pendapat anda sudah sepatutnya kita meninggalkan media -media yang beraura negatif dan katanya ‘reformis’ (salah arti), mari kita lindungi keluarga kita dengan mendekatkan kedalam kehidupan yang islami dan sepatutnya bagi masyarakat muslim memilih channel yang islami juga