Pernah suatu kali membaca sebuah kisah seorang profesional sukses, cukup menggelitik, tapi lupa kapan dimana dan siapa yang menceritakan.
Dan pernah juga mendengar lansung sebuah cerita sukses dari orangnya lansung yang juga seorang profesional, kebalikan dari kisah pertama.
Dua kisah ini bisa dipandang dari berbagai sudut, tergantung yang membaca akan memandang dari sisi mana.
Kisah #1
Seorang profesional sukses bercerita, bahwa dia merangkak untuk seperti saat ini, menangis darah dari posisi paling rendah sampai akhirnya jadi paling tinggi disebuah perusahaan, bukan satu perusahaan, banyak.
Yang dia bahas bukan caranya, bukan pula kisah dia sukses seperti saat ini dan buka pula soal motifasi untuk mengikutinya, tapi sebuah keheranan, yang akhirnya menjadi sebuah pelajaran berharga buat dia dan kita semua tentunya.
Dia bercerita, awal bekerja gajinya 500 ribu, cukup untuk sebulan, kemudian hidup berlanjut gajinya naik 1 juta, alhamdulillah berlebih 500 ribu.
Hidup berjalan, gajinya naik 2.5 juta, alhamdulillah bisa cicil motor, masih sisa 500 ribu.
Lompat karir ke perusahaan baru dengan gaji baru 6 juta, alhadulillah, mulai cicil rumah, masih berlebih 500 ribu.
Karir menanjak gaji naik ke 10 juta, alhamdulillah mulai cicil mobil, tapi mulai heran, kok sisanya juga masih 500 ribu?
Karir meroket jadi manager, gaji juga tentunya, jadi 25 juta, alhamdulillah cicil rumah baru ditempat yang lebih berkelas, herannya makin bertambah, kok sisanya masih 500 ribu…
Dan puncaknya jadi ditektur yang take hone paynya lebih dari 100 juta, apapun bisa dia beli, rumah mewah, mobil mewah, tapi keheranannya makin menjadi-jadi, kok sisanya masih 500 ribu?????
Akhirnya dia melakukan sebuah perenungan, kenapa sampai bergaji ratusan juta lebihnya tetap tak lebih dari 500 ribu, kesimpulannya ada beberapa :
– nafsu untuk bergaya tinggi dalam hidup
– syukur yang kurang
– dendam masa lalu yang pahit
– pendidikan agama terhadap diri dan keluarga yang terlupakan
Akhirnya dia mengambil lankah drastis, dimulai dari perbaikan pemahaman agama, alhamdulillah, berapapun lebihnya kini dia kana’ah, toh habisnya untuk modal akhirat kelak…:)
Kisah 2#
To be continued…. 🙂