Abah….

61 tahun Abah...
61 tahun Abah…

Waktu itu, 7 tahun lalu masih kentara bujangnya, belum berjenggot dan rambut masih hitam melegam :). Pertemuan pertama memberi kesan,  lelaki minang lama yang kental dengan “minangnya”, mandiri dan matang oleh didikan hidup dan pengalaman.

Type perantau minang sejati yang memulai jalan yang ditapaki kini, dari titik terendah dari titik nadir ssekalipun. Cerita tentang perjuangan mendorong gerobak martabak, kejar mengejar pasar-ke pasar dari subuh sampai subuh lagi, sampai akhirnya pada titik balik hasil perjuangan yang makin menguatkan keyakinan diri bahwa perjuangan hidup lelaki minang itu adalah kerja keras dan kerja cerdas.

Memang hanya lulusan SD atau malah tidak tamat?, tetapi gurat kecerdasan dari cara pikir dan cara tutur terlihat sangat jamak. Salah satu type perantau minang “dulu” yang akhirnya sukses dalam kehidupan dengan perjuangan yang luar biasa. Pendidikan resmi memang tidak gratis dan tidak murah, itu pulalah yang mematikan langkah untuk menggapai pendidikan tinggi. Tetapi tidak satu jalan untuk menuntaskan cita-cita, tidak bisa didiri sendiri untuk anak dan keturunan pun jadi. Tidak gamblang memang beliau bercerita, tetapi ujung dan maksudnya jelas.

3 pasang putera puteri beliau alumni Pesantren Gontor Ponorogo, 2 putera puteri  sudah menuntaskan gelar magister, satu dalam jalan pencapaian, satu putera menjadi penerus generasi penjawab tantangan yang sudah dirintis dengan kerja keras. Dua yang terkecil masih dalam proses penyelesaian pendidikan agamanya. Untuk seorang yang tidak tamat SD  capaian ini sangat luar biasa menginspirasi. Tapi yang tampak hanya keserdahaan dan “kebiasaan saja”….

Itu adalah kesan pertama saat dulu deg-degan bertemu sebagai “fakir” untuk meminta anak gadis manis beliau. 🙂

Setelahnya, kehidupan dan takdir bergulir, dengan mantap tepat jam 6.00 habis subuh suatu hari 7 tahun lalu, beliau menyerahkan harta yang tiada ternilai harganya dengan sekali hentakan nafas, sekali lagi membuktikan kecerdasan dan kematangan beliau. Pesan singkat dan padat saat sungkem pamit memulai mengikuti jejak langlah waktu itu sangat mencukam kedalam jiwa : “Ilmu dan pendidikan kalian sangat jauh diatas ayah, dasar yang cukup membedakan mana yang benar dan yang salah pun tentu jauh diatas ayah, tapi….kehidupan berdua itu tentang jiwa, saling mengisilah dan saling menerimalah, itu saja pesan ayah”…makna puitisnya kira-kira seperti itu… 🙂

Dan kini…. 61 tahun sudah usia Ayahanda, tiada beda lagi, bagi diri yang tidak mengetahui sosok seorang orang tua laki-laki, sosok ayah jadi ganti panutan.

Doa dalam shalat pun tiada perbedaan lagi, satu tingkat dan satu gurat untuk ayah ibu mama dan papa (alm). “Ya Allah ya Rab, berikanlah selalu kebahagian dijiwa orang tua kami dan kami mohon  jadikanlah kami menjadi perantara kebahagian itu,…Lindungilah mereka seperti mereka melindungi kami waktu kecil….Ampunkan lah dosa-dosa mereka melalui doa kami anak-anak yang soleh..Ya Allah yang maha mengabulkan segala pinta.”….

Selamat Milad Abah…dari Bogor, dari Palembang, dari Lampung, dari Ponorogo dan dari tanah tersuci di Muka bumi… Makkah Al Mukarramah…. Semoga Allah menjadikan kami anak cucu Abah sebagai sumber penentram jiwa dunia dan akhirat….amin…. 🙂

Bogor/29 Agustus 2015

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s