Masih bisa Tersipu…

Memandang kedepan..

Walau 3 gumpal darah yang telah turun jadi manusia sempurna yang membuat hidup bersemangat untuk berjuang dan memberi keteladanan, gadis tertua sedang berjibaku menyelesaikan Al Muzammil, melodi ke 2 sedang stres-stresnya menghadapi Al Mutafifin dan bujang terkecil sedang patah-patah membedakan antara dho dan shod.

Walau hampir mendekati usia yang kata orang akan memulai hidup kedua, usia Rasulullah diangkat menjadi RasulNYA, dan walau sedikit lagi akan merengkuh gelar akademik tertinggi, yang sudah beberapa kali mentriger kambuhnya vertigo serta walau kemana-mana masih naik angkot. Si dia tetap saja tersipu disaat ungkapan jujur, junjungannya ini. “Dirimu masih 25 tahun”..πŸ™‚

Sejauh apapun panjang jalan yang sudah dilalui, berapapun lamanya waktu yang telah berlalu, dimata dan dihati junjungannya ini, si dia tetaplah gadis “25 tahun”, umur pada saat junjunganya ini rela naik bus dari Medan ke Kepahiang untuk meminta “perpindahan kekuasaan” pada ayahanda tercinta.

Umur dimana selembar tulisan yang ditulis dari hati meluruhkan hatinya, memantapkan pilihannya, umur dimana langkah awal memasuki “dunia” passionnya sebagai pembelajar dan pengajar, umur dimana ego “bintang”nya masih dipuncak-puncaknya, umur dimana semangat untuk menata kehidupan sedang tumbuh bermekaran.

Adapun, perubahan fisik, “tumbuh atau mekar” adalah Sunnatullah tetapi esensi penambahan “umur” tidaklah berubah secepat perubahan fisik yang tampak, bahkan kita sendiri susah untuk merasakan bahwa ada yang berubah pada diri kita walau umur bertambah, selain celana yang makin tidak muat, nafas yang makin mudah sesak dalam bergerak, rambut yang tiba-tiba mulai “bercahaya”.

Begitupun Si Dia, setinggi apapun gelar akademik yang diraih, setinggi apapun jabatan duniawi yang diemban, dan sebanyak apapun bilangan tahun umur kini, dia tetaplah gadis “25 tahun” yang masih membutuhkan penjagaan fisik dan psikis yang berkesinambungan. Gadis yang masih perlu “media” luapan 15000 kata perhari, minimal, untuk tetap bahagia.

Gadis yang masih tak kenal waktu kalau sedang memenuhi pelepasan enzim “belanja” yang memang Sunnatullah ditanam yang Maha Creator di otak wanita bagian belakang, sebagai …, kita sebagai lelaki harap maklum dan bersabar, agar dia bahagia. πŸ™‚.

Gadis yang masih membutuhkan dada untuk bersandar dikala hormon lagi tidak stabil dan tentu saja “dompet” untuk selalu bikin senyum memendar, itu semua Sunnatullah..πŸ™‚

Secara esensi tidak adalah yang berubah mendasar, selain apa yang tampak. Perubahan gaya hidup, perubahan cara fikir terhadap hidup dan kehidupan. Itu semua seharusnya memang sejalan dengan semakin banyak ilmu yang masuk ke dalam dada, dan itu wajar.

Si dia tetaplah gadis “25 tahun”,tetapi waktu telah mentransformasi dia semakin wise, semakin mengerti dan memahami arti perubahan wajah, yang semakin mahfun arti dan arah kerlingan mata bahkan menjadi lebih hebat dari dokter untuk mengambil tindakan medis terhadap junjungannya hanya dari perubahan suhu tubuh.

Dan, hendaknya semakin tinggi ilmu, semakin berdayaguna bagi keluarga, bagi kehidupan sebagai fasilitator tiga titipanNYA bahkan ummat dengan keilmuanya, walau kalau didepan junjungannya, si dia tetaplah gadis “25 tahun”… πŸ™‚

Dirgahayu Gadis…

Bogor, 28 January 2020

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s