
Mengapa Kreativa? Pertanyaan yang sering disampaikan oleh sahabat-sahabat kami saat kami bercerita tentang sekolah dan pilihan sekolah untuk putera puteri kami. Ya, sampai saat ini dua puteri kami percayakan pendidikan formil di SD Kreativa, tamat SD dan naik kelas 4, setelah sebelumnya TK juga di KB-TK Kreativa. Dan putera terkecil kami juga menyusul kakak-kakaknya, saat ini selesai TK A, full daring, akan ke TK B, sepertinya masih akan daring.
Anak adalah ni’mat dan titipan tuhan yang wajib kita semua orang tua fasilitasi tumbuh kembangnya, mereka bagaikan kertas putih yang siap untuk di tulis semua cerita. Kitalah orang tua yang mempengaruhi mereka untuk mengarah kemana. Dengan kesadaran yang datang dari pemahaman kepercayaan seperti itu, sebagai muslim tentu tujuan pertama pendidikan anak bagi kita adalah untuk mengarahkan dan menuntun mereka menjadi muslim yang baik, yang sesuai dengan tuntunan agama.
Sebagian besar nilai hidup anak akan datang dari apa yang dituntukan kepadanya secara formil dan dari apa yang dia dapat dari lingkungannya. Rumah dan Sekolah merupakan lingkungan tempat tumbuh anak dalam keseharian, lingkungan rumah dan sekolah yang baik akan menjadi pengaruh terbesar untuk anak tumbuh menjadi baik.
Setiap anak itu unik, sebagaimana setiap manusia mempunyai sidik jari dan DNA yang individual juga, itulah Sunnatullah. Potensi dan kecenderungan masing-masing anak pasti berbeda. Anak akan berbuat dan menghasilkan hal yang maksimal jika mereka melakukan sesuatu yang sesuai dengan potensi mereka. Kecenderungan anak itu akan muncul dengan sendiri sesuai dengan perkembangan jaringan otaknya atau dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia tumbuh. Oleh karena itu lingkungan sekolah haruslah menjadi tempat dan waktu yang bisa menstimulasi masing-masing potensi anak agar muncul dan siap untuk diarahkan lebih lanjut.
Bagi kami pribadi, pendidikan merupakan hal yang sangat utama. Pendidikanlah yang sebagian besar mempengaruhi hidup manusia itu akan kemana. Dengan pendidikan, hidup manusia bisa berubah dan diubah. Karenanya berjuang untuk pendidikan yang baik adalah satu keharusan. Pendidikan adalah warisan terbaik dari orang tua kami dan itu juga menstimulasi kami untuk memberikan yang terbaik bagi anak keturunan kami. Karena kalau kita lihat secara statistik sebagian besar manusia yang mempunyai kehidupan lebih baik jaman sekarang adalah orang-orang yang berjuang untuk pendidikan dimasa lalunya.
Pendidikan tingkat pertama menurut kami haruslah dimulai dari pendidikan ideologis, Agama. Nilai-nilai Agama inilah yang akan menjadikan anak memiliki landasan untuk melangkah dan menjadi apa saja dalam hidupnya. Pemahaman agama yang baik dan diberikan secara natural dalam kehidupan kesehariannya akan melekat dalam diri anak dan akan mempengaruhi jalan fikiran dan tindakan mereka dimasa depan.
Anak itu harus tumbuh di tempat yang sesuai dengan umurnya, berdasarkan nilai-nilai agama dan authenctic dirinya yang difasilitasi oleh lingkungan yang juga memahami dan menjadikan hal tersebut sebagai nilai dalam aktifitas kesehariannya. Alasan itulah yang kami jadikan sebagai rujukan untuk mencari Lembaga Pendidikan formal buat Puteri dan Putera kami.
Pengalaman pribadi kami dalam mencari sekolah yang sesuai untuk anak cukup panjang, terutama sekolah untuk anak pertama. Kami sudah masukkan anak pertama kami, ke play group di usia 2.5 tahun. Pilihan sekolah pertama menjadikan perubahan signifikan pada pribadi anak, kearah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kami anggap benar. Dari kondisi ini kami mulai selektif untuk memilih sekolah untuk anak, terutama dari sisi nilai agama dan moral. Prinsipnya jelas seperti yang sudah kami rangkum diatas.
Play group pertama menjadikan anak pertama kami di umur 2.5 tahun jadi pendekar dan penyanyi seriosa, adiknya seringkali dijadikan sebagai samsak dan objek jurus harimau. Kehendak tidak dapat, maka akan mulai konser Seriosa dengan nada panjang mendayu-dayu. Dan itu semua perubahan dari anak manis nan lucu aktif dan imut menggemaskan. Setelah ditelusuri, lingkungan sekolah lah yang menyebabkan dia begitu. 3 bulan di sekolah pertama kami langsung tarik. Play group ke dua cukup mengembalikan dia kembali ke naturalnya. Di masa akhir playgroup inilah kami berkesempatan berkenalan dengan TK Kreativa, yang akhirnya menjadi pilihan kami menitipkan anak untuk pendidikan formal .
Kami terus terang tidak mengenal mendalam Sekolah Kreativa pada awalnya, hanya mengandalkan perasaan dan informasi siapa pengelola yayasan yang menaungi Sekolah Kreativa, menurut kami informasi tentang pengelola sangat penting karena berhubungan dengan paham dan ideologi yang dipakai dalam proses pendidikan. Setelahnya kami hanya mengandalkan perasaan, anak-anak kami selalu riang untuk ke sekolah dan selalu penuh semangat untuk kembali ke sekolah serta selalu ada cerita baru sepulang dari sekolah. Disaat cerita tentang rindu dengan guru dan teman-teman, tiba-tiba mereka hafal juz ke-30 Alquran. Disaat mereka bercerita tentang serunya acara Mabit dan camping di alam, tiba-tiba mereka bisa membaca dan menulis. Rasa inilah yang menggerakkan kami untuk ingin lebih tau bagaimana sekolah ini dijalankan.
Anak pertama kami menjadi guru bagi adiknya, kami biasakan dia dipanggil Uni, agar identitas orang tuanya berasal dari Ranah Minang tidak lupa, walau bahasa minangnya tergerus bahasa sunda. Anak kedua kami sengaja tidak kami masukkan ke Play Gruop melihat Uninya cukup menjadi guru dan teman bagi adiknya.
Sebelum masuk TK A, anak kedua kami sudah tau angka-angka, berhitung sampai sepuluh, huruf latin dan Hijaiyyah, warna-warna utama dalam bahasa Indonesia dan english, itu semua tanpa banyak campur tangan kami orang tuanya, tapi lebih besar pengaruh bermain dengan Uni-nya. Buat kami ini sesuatu yang menambah penasaran bagaimana Sekolah Kreativa menyusun kurikulum dan bagaimana metode penyampaian materi pelajaran, sehingga anak-anak terpengaruh sebegitu dalam.
Kami memang ber-azzam bahwa tugas kami adalah menfasilitasi rasa aman, nyaman dan tenangnya anak-anak selama mereka berada dirumah, mereka bebas menjadi apa saja selama dalam rumah asal sejalan dengan adab nilai agama dan kesopanan. Karena menurut kami segala sesuatu itu akan mudah masuk kedalam fikiran dan hatinya jika sang anak dalam keadaan dan merasa senang, tenang serta nyaman. Dan lagi-lagi kami rasa itu juga terjadi di sekolah.
Kami mulai sedikit demi sedikit menggali bagaimana Sekolah Kreativa dijalankan. Saya pribadi tidaklah terlalu tertarik dengan segala sesuatu yang berupa jargon-jargon, karena menurut pemahaman kami segala sesuatu itu akan baik jika mengacu ke sebuah aturan baku dan standarisasi. Kami tidak pernah pernah kagum dengan “one man show” dalam segala hal, tetapi mengakui bahwa Kepemimpinan merupakan hal utama yang diperlukan untuk menjalankan sebuah sistem.
Dari sekian banyak visi, misi dan informasi yang ada tentang Sekolah Kreativa, mata kami tertuju pada satu informasi bahwa Sekolah Kreativa sudah mendapatkan Sertifikasi Sistem Baku Mutu ISO 9001. Beng.., inilah poin penting yang sangat berbekas dalam ingatan kami. Segala hal dari kurikulum, governance sekolah, SDM, prosedur dan segala sesuatu sudah diatur dalam satu sistem Baku Mutu (Quality Management System) dan sertifikasi oleh badan yang diakui internasional.
Makanya kami mulai tidak heran, bagaimana standar baku perekrutan guru-guru menjadikan guru-guru Kreativa dicinta dan disayang murid-muridnya. Bagaimana metoda penyampaian bahan ajar yang sudah dikaji mendalam disesuaikan dengan umur anak-anak, yang menempatkan anak sebagai subject bukan object di standarisasi dan menjadi acuan baku bagi Guru-guru dan selalu dikembangkan sebagaimana amanat Standar ISO 9001 yang selalu menuntut perbaikan (Continues Improvement). Bagaimana kegiatan-kegiatan akademik dan non akademik dibakukan untuk dijalankan, di audit dan terus dikembangkan. Guru-guru dan SDM yang lain mempunyai program pengembangan pribadi yang bisa diukur keberhasilannya. Menurut kami inilah yang menjadikan Sekolah Kreativa mempunyai nilai tambah sebagai satu sistim.
Dilihat dari sisi kurikulum dan metode penyampaian aktifitas pembelajaran, kita bisa melihat bahwa sekolah ini kemungkinan di inisiasi oleh orang-orang yang berfikir visioner, mungkin juga mengacu pada pengalaman di luar Indonesia dan kemudian dipadukan dengan nilai-nilai Islam.
Seven Habits sebagai salah satu metoda Pendidikan karekter, murajaah Al-Quran dengan target sampai juz 26 saat anak menyelesaikan Pendidikan dasar. Ummi sebagai metode pelajaran membaca Al-Quran, leadership dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, anak sebagai sentral kegiatan ajar dengan My Goal (Academic dan Behavior), inclusive dengan menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan teman-temannya yang normal, fokus pada aktualisasi diri anak dari pada peringkatan dan kompetisi, Leadership day kegiatan sekolah yang menunjukkan secara lansung potensi anak dalam kepemimpinan, Market Day yang memperkenalkan entrepreneurship sejak dini pada anak, Mabit dan kegiatan di alam yang menjadikan anak semakin kuat persaudaraan dengan teman-temannya. Semua metode diatas secara langsung terlihat dalam proses Pendidikan.
Dari sisi akademik, walau di Sekolah Kreativa tidak mengenalkan sistem peringkat untuk mengukur keberhasilan dan prestasi anak dalam belajar selayaknya sekolah negeri dan sekolah-sekolah lainnya, tapi memiliki target pencapaian akademik yang baku yang harus dicapai dalam masa satu semester atau tahun dan kami percaya tentu langkah-langkah untuk mencapai itu sudah dikaji secara baik.
Dengan melihat rapor anak di setiap akhir semester yang dibagikan secara naratif oleh anak sendiri, serta hasil-hasil uji kompetensi harian, memperlihatkan pencapaian anak-anak dalam akademik cukup membanggakan, sepertinya nilai dibawah 80 adalah hal yang sulit bagi anak-anak, maksudnya 80 sepertinya target terendah yang harus dicapai.
Kami pribadi berfikiran dan berprinsip, untuk tingkat sekolah dasar, kemampuan akademik adalah hal yang tidak terlalu utama, karena kemampuan itu akan tereduksi pada saat anak berkembang ke usia yang lebih tinggi. Yang paling penting adalah pemahaman Agama dan moral, karena itu semua tetap akan tersimpan di bawah alam sadar anak sampai kapanpun. Sebagai contoh, kita ingat guru mana yang baik, teman mana yang dekat, siapa yang menolong dan membully kita pada saat SD dan TK kan? tapi apakah ingat apa saja pelajaran waktu itu?, saya yakin tidak banyak.
Anak jadi resah melihat tingkah laku ketidak sopanan di depan matanya, gusar melihat kekasaran yang dipertontonkan, mudah tersentuh dengan nasihat, suka berteman dan bekerjasama, biasa berdiskusi untuk mendapatkan sesuatu, menjadi pusat kreasi dilingkungan kecilnya, bercita-cita dan bermimpi untuk menjadi sesuatu, mendahulukan orang lain dalam hal kebersamaan, care terhadap kebersihan diri dan lingkungan, dan sadar menjalankan kewajiban agama. Semua itu adalah yang seharusnya menjadi hasil dari Pendidikan dasar dan alhamdulillah sampai saat ini kami masih melihat sebahagian tujuan itu dalam keseharian anak-anak kami yang kami yakin sekolahlah berperan besar untuk itu.
Semua yang kami sampaikan di atas menjadikan alasan logis untuk kami memilih Sekolah Kreativa sebagai Lembaga formil Pendidikan anak-anak kami. Tentu sebagai sebuah Lembaga yang prosesnya terus berjalan, bukan tidak ada kelemahan dan challenges untuk terus memperbaiki sistem. Sebagai contoh dengan biaya Pendidikan yang semakin meningkat, orang tua juga meningkatkan ekspektasinya kepada sekolah. Tidak hanya hasil akademik tetapi juga fasilitas-fasilitas lainnya. Juga dengan reputasi yang terus membaik dan terkenal se-kota Bogor tidak tertutup kemungkinan Sekolah Kreativa akan jadi brand image, bahkan bisa lebih jauh sebagai tren gengsi bagi sebagian keluarga nantinya, selayaknya Mercedes Benz dan BMW yang tidak hanya sebagai kendaraan tapi lebih kepada prestise bagi pemiliknya. Yang mungkin saja akibat dari itu bisa berpengaruh pada sistem yang sudah baku saat ini.
Juga dengan semakin tumbuhnya emak-emak millenial yang sangat menginginkan segala sesuatu yang sempurna bagi buah hati mereka dan biaya menjadi nomor sekian bagi mereka, akan makin banyak masukan-masukan subjektif yang mungkin saja akan berpengaruh pada sistem yang sudah baku. Untuk itu Sekolah juga selayaknya mempersiapkan sistem baik untuk merespon secara terukur masukan-masukan tersebut agar nilai inti (core value) dari Sekolah Kreativa tetap terjaga.
Sebagai penutup, kita sebagai orang tua tentu akan berjuang sekuat tenaga bagi anak-anak kita agar mereka mendapatkan Pendidikan yang baik di setiap tingkat usia mereka sampai kelak mereka pasti akan berdiri di kaki mereka sendiri dan Sekolah Kreativa sebagai Lembaga Pendidikan formal yang menurut kami spesial, selayaknya juga terus menerus untuk mengembangkan sistem yang semakin ramah anak, yang semakin sesuai dengan usia didik anak dan semakin mengedepankan hasil sesuai dengan karakter Islam.
Dan hari ini, Uni Fathi tuntaskan pendidikan dasarnya di SD Kreativa Bogor, dengan pencapaian sempurna menurut “standard” kami.
Semoga ikhtiar kita dibalas dengan nilai ibadah oleh Allah SWT.
Bogor, 26 Juni 2021
Anton Pane, PMP
Ayahanda dari : Allifny Fathini’am Panne (Kelas 6C Semayang), Alifa Feykaniam Panne (3A Toba) dan Allif Ziyadinniam Panne (TK A Jahe)