Mama dan nak bujang Part-37: Di “gaham” tentara

Masjid Al Furqan, Pasar Raya Solok (sumber: facebook MDA Alfurqan)

Masjid Muhammadiyah AL- Furqan Pasar raya Solok mempunyai kenangan tersendiri buat saya. Masjid ini dekat dengan terminal mobil ke kampung atau “posko” orang kampung mengenalnya, sering juga menjadi tempat istirahat sementara kalau Posko udah tutup kalau kemalaman, setiap bulan ramadhan masjid ini tidak pernah absen dalam agenda.

Didepan masjid ini, dulu ada sop dan soto tunjang enak, sop Bahagia. Yang juga jadi langganan kalau mama ke solok awal bulan, sekali sebulan cukuplah. Biasanya rame hari jumat, tunjangnya sering tidak kebagian, walaupun pak haji yang jual agak ketus-ketus gimana, tapi soto dan tunjangnya memang enak, dan merindu untuk kembali didatangi, pun setelah merantau jauh, kalau pulang ke Solok, sop ini jadi menu wajib. Sekarang sudah pindah ke lampu merah enam suku.

Kelas 2 SMP pertengahan ramadhan waktu itu, saya jumatan dimasjid ini. Karena muhammadiyah, azan jumat cuma sekali setelah khatib naik mimbar, ini jadi menarik dan menjadi awal saya bersentuhan dengan cara dakwah muhammadiyah. Masjid masih belum rame, jam 11.20an. Ada anak kecil yang aktif, umur 6 atau 7 tahun sendirian. Saya tanya “diak sorang se?” bahasa minang yang artinya dek, sendiri aja? Dia jawab “sama bapak bang, bapak lagi wudhuk”. Hmm, komunikasi yang bagus buat anak seumuran dia dan baru kenal.

Obrolan berlanjut, “sering shalat jumat disini?” Tanya saya lagi, “tidak juga bang, sekali-sekali san” jawab dia yang mungkin merasa makin akrab, saya mangut-mangut. “Bang itu yang di dagu abang, cik lalek ya?” Sekarang dia yang tanya. Cik lalek itu tahi lalat dalam bahasa minang, saya memang punya di dagu kayak Rano Karno waktu itu 🙂. “Iya, kenapa?” Jawab dan tanya saya balik. “Awak gak ada bang” lanjutnya sambil pegang-pegang dagu.

Iseng saya muncul, “mau dak?, abang bisa pindahin, tapi ada syaratnya” kata saya sambil senyum-senyum. “Bisa kah? Apa syaratnya?” Tanya dia balik. “Kalau sudah abang pindahin, tiap malam selama 7 hari adek akan didatangi penunggu cik lalek ini” jawab saya, “siapa bang?” Tanya dia penasaran, “antu aru-aru” sambar saya, antu atau hantu aru-aru ini adalah cara orang-orang tua kampung kami menakuti anak-anak agar jangan pergi ke satu tempat.

“Ih..idak lah bang, takut” jawab dia. Iseng saya makin menjadi, saya pura-pura ambil tahi lalat di dagu saya, dan pindahkan ke dagu dia, “nah udah pindah ya” kata saya sambil senyum. Reaksi dia sungguh tidak saya duga, tiba-tiba dia menangis keras sambil manggil bapaknya “aaaaa… apak.!!” Sambil lari ke arah tempat wudhuk. Saya tertawa.

Lambat-laun saya dengar suara dia sambil menangis bilang sama bapaknya “abang tu mindahkan tahi lalatnya ke adek, katanya nanti malam adek akan di datangi antu aru-aru”, dada saya berdebar, wah serius ini dilaporkan ke bapaknya, fikir saya, duduk saya mulai tak enak.

Rupanya benar, bahu saya di pegang seseorang dari belakang, isak tangis adek itu kentara terdengar di  sampingnya. Saat saya angkat kepala, deg!, jantung saya serasa berhenti berdetak. Pak tentara berkumis melotot ke saya, “kamu yang bikin anak saya nangis” dengan suara bariton berwibawa dia tanya. “Iiiyo pak, bagarah se” saya jawab gemetar sambil tertunduk. “Mau saya bawa ke kodim kamu?” Lanjutnya, tidak keras tapi siapapun jaman itu, kalau sudah berhubungan dengan tentara pasti ciut.

“Tidak pak, maaf” jawab saya makin merunduk. “Ya sudah, sekarang cabut lagi tu cik lalek dari anak saya” jawab dia sambil senyum sambil lihat anaknya yang masih terisak. Deg Lagi!!, dan hampir tersembur tawa saya. Saya melirik ke adek yang masih terisak, “sini dek abang ambil lagi” kata saya, dia mendekat takut-takut, terus dagunya saya usap dan pura-pura saya pindahkan ke dagu saya lagi, isaknya berhenti.

Bapaknya tersenyum, terus pegang kepala saya sambil tersenyum dan berkata “kamu jangan takut sama tentara ya”. Seeer, hati saya kembali damai. 🙂, kisah kecil di masjid Muhammadiyah ini membangkitkan minat saya jadi tentara kelak di kemudian hari, walaupun akhirnya cita-cita itu saya anulir karena satu kisah yang lucu juga.

Cibis 9, 11 April 2022 #ramdhanMubarak.

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s