(sedikit catatan mengingat HUT Sanggar ke-25)
Kegiatan luar ruangan di Racana Swarnadwipa selalu disebut dengan “Kegiatan Alam Terbuka”.
Berbekal hasil pelatihan beberapa anggota pada Pendidikan Instruktur Muda Racana (PIMR) V tahun 2001 di UNJ Yogyakarta, pengelolaan kegiatan alam terbuka di Racana Swarnadwipamulai ditata berdasarkan prinsip Nilai-nilai kepramukaan, peningakatan Kemampuan teknis dan non teknis, mengikat rasa Persaudaraan dan kekeluargaan serta merasakan kebanggaan akan perbedaan bahwa Racana Swarnadwipaitu wadah pembinaan yang khas.
Implementasi Nilai-nilai kepramukaan selalu ditekankan dalam setiap pengelolaan kegiatan alam terbuka, walaupun kegiatan di alam yang dilakukan tidak ada perbedaan dengan yang dilaksanakan oleh organisasi pencinta alam lainnya, tetapi tetap terlihat ciri khas kepramukaannya antara lain :
1) Satuan terpisah, setiap Racana Swarnadwipa menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka akan terlihat selalu pemisahan antara putera dan puteri terutama pada kegiatan-kegiatan khusus.
2) Kesopanan dan penghormatan, penekanan pada cara berpakaian yang sesuai dengan nilai kesopanan dan tingkah laku baik dengan kakak yang lebih tua maupun dengan masyarakat yang dilalui selama kegiatan.
Era Racana Swarnadwipa Periode 2001-2003 merupakan masa banyaknya pendidikan dan orientasi/pelatihan yang bersifat kemampuan teknis untuk kegiatan di alam terbuka, seperti Navigasi darat, Suvival, Rapling/panjat tebing, Komunikasi, dll. Pelaksanaan orientasi/pelatihan direncanakan dengan baik, kegiatan fokus kepada peningkatan kemampuan yang bersifat teori dan praktek. Aktualisasi pelatihan/orientasi ini selalu dalam bentuk kegiatan di alam terbuka pada jalur yang sebenarnya, tidak pada jalur yang dikondisi-kondisikan. Jika orientasinya navigasi, lokasi praktek paling pavorit adalah Gunung Nago, untuk survival dan lainnya hutan biologi merupakan pilihan pertama.
Nara sumber dan instruktur selain dari internal juga dari organisasi yang sudah diketahui track recordnya dan yang setara, seperti MAPALA Unand, SAR Padang, dll, targetnya adalah anggota memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan dalam setiap kegiatan alam. Tetapi tujuan utama semua pendidikan dan pelatihan ini adalah kemampuan mengelola kegiatan alam terbuka yang akan diselenggarakan baik untuk kegiatan internal maupun external, seperti lomba cross country di FIESTA, pengembaraan anggota baru, kegiatan pelatihan serupa di beberapa Kwarcab (karena Anggota Racana Swarnadwipaada yang pengurus DKC), dll.
Bukan hanya untuk menjadi peserta kegiatan, tetapi titik beratnya adalah bisa menjadi penyelenggara kegiatan, ini yang dimaksud kemampuan non teknis. Kemampuan ini meliputi administrasi, koordinasi, komunikasi , mental, dll.
Ada catatan khusus mengenai pendidikan yang berhubungan dengan mentalitas, Racana Swarnadwipa periode 2001-2003 sangat menghindari tatacara yang bersifat sentuhan fisik yang tidak ada manfaatnya, misalnya merayap dilumpur, merayap tambang tanpa pengamanan, coreng moreng muka, hardik menghardik, hukuman yang membuat malu, dll yang pada masa itu merupakan hal yang lazim dalam pendidikan/orientasi organanisasi-organisasi kepemudaan, termasuk Pramuka. Hal ini dipengaruhi oleh pesan para pendiri Gudep,” bahwa anggota Racana Swarnadwipamerupakan orang-orang pilihan yang kemampuan nalarnya diatas dari yang lain”, sehingga titik berat pembinaan adalah kemampuan otak dan nalar.
Kegiatan yang utama dari kegiatan alam terbuka Racana Swarnadwipapada masa itu adalah pengembaraan anggota baru, tercatat beberapa angkatan melakukan pengembaraan sesuai prinsip yang sudah diuraikan diatas, diantaranya :
– Pengembaraan anggota baru 2001, jalurnya Lb Minturun – Gunung Nago – Hutan Biologi – kampus poltek – Masjid Unand. Kegiatan ini diikuti hampir oleh seluruh anggota Racana, yang dibagi menjadi 2 kelompok besar, calon anggota dan anggota. Ada catatan menarik pada masa ini, pada hari terakhir di lokasi sekitar hutan biologi, sekitar jam 4 sore hujan turun deras, lokasi jadi gelap gulita, petunjuk jalan menghilang, yang jadi leader pun kehilangan arah, setelah putar sana-sini jam 10 malam baru dapat jalan keluar, basah kuyup, terjadi kebersamaan yang tidak akan mungkin dilupakan.
– Pengembaraan anggota baru 2002 dengan jalur Gunung Singgalang. Persiapan yang minim, yang mengikuti juga hampir semua anggota racana, pelaksanaan dibantu Kwarcab padang panjang (secara personel to personal) , waktu 2 hari naik dan turun, kenangan di telaga dewi menjadi pemersatu angkatan ini.
– Pengembaraan Anggota baru 2003, kembali jalur 2001, dan yang menjadi penyelenggara juga angkatan jebolan Gunung Nago dan Singgalang. Dengan cerita yang sedikit berbeda tentunya.
Selain itu, sebagai salah satu kegiatan dalam kegiatan tahunan FIESTA, Racana Swarnadwipa juga sukses menyelenggarakan kegiatan lomba Cross country, yang formatnya juga dibuat lebih menarik dari dan berbeda dari lomba serupa yang telah ada, diantaranya :
– Cross country FIESTA tahun 2001, lama kegiatan 2 hari 1 malam jalur : gunung nago-hutan biologi-rektorat
– Cross country FIESTA tahun 2002, lama kegiatan 2 hari 1 malam, temanya : jelajah sungai jalur : sungai hutan biologi – kampus unand.
System tanda jejak dihapuskan diganti dengan peta tofografi, peserta diperbolehkan menggunakan teknologi tinggi seperti GPS dan peta digital, arti dari sandi berupa bahasa inggris yang harus terjemahkan lagi, mungkin hanya dalam kegiatan cross country Racana Swarnadwipa yang pesertanya membawa kamus Oxford sebagai kelengkapan. Penilaian bukan hanya kecepatan sampai, tetapi terbagi atas beberapa kriteria, navigasi, sandi dan komunikasi, survival, dan kemampuan mejaga kesehatan, intinya lagi-lagi bukan hanya soal otot.
Khusus dalam kegiatan internal, seperti pengembaraan, titik beratnya adalah pembinaan persaudaraan dan kekeluargaan, dalam kondisi psikis dan kondisi sekeliling sudah tidak normal rasa persaudaraan dan kekeluargaan akan hadir dengan sendirinya, perasaan senasip dan sepenanggungan dalam kondisi yang dihadapi bersama akan sangat terasa sampai waktu yang lama. Pada saat tidak ada lagi tempat untuk berlindung dari kepanasan, kedinginan kelelahan, semua peserta baik calon anggota maupun anggota yang ikut, mau tidak mau, terpaksa atau tidak harus membaur untuk kebaikan dan keselamatan bersama. Oleh sebab itu jalur yang dipilih adalah jalur yang benar-benar tidak ada jalan untuk pulang-pergi semaunya.
Ada peristiwa menarik pada saat Pengembaraan pendakian singgalang tahun 2002, saat semua peserta sampai di lokasi camp (1 jam dari puncak) cuaca masih cerah dan udara sejuk, anggota dan calon anggota bersantai sambil memasak dan bercengkrama, tiba-tiba hujan turun sangat deras, bivak dan tenda belum didirikan, semuanya kebasahan dan temperatur lansung turun ke sekitar 12 derajat celcius, semuanya menggigil, tidak ada lagi tempat untuk berlindung, akhirnya semuanya masuk kebawah plastik yang masing-masing ujungnya dipegang oleh setiap orang, tidak ada lagi jarak antara anggota dan calon anggota semuanya menyatu, dan setelahnya mengalir cerita persaudaraan yang tidak akan mudah untuk dilupakan.
Dari awal berdiri, Racana Swarnadwipaitu memang sedikit berbeda dengan Gudus depan Pramuka lainnya khususnya Gudep Perguruan tinggi, baik yang ada di sumatera barat, Sumatera dan Pulau Jawa sekalipun. Pola pembinaannya khas dengan metodanya sendiri, di Racana Swarnadwipa Dewan racana hanya ada 4 orang, Ketua, Sekretaris,Bendahara dan Pemangku adat, tidak ada seksi ini seksi itu, bidang ini bidang itu, organisasinya simple dan efektif, tidak ada Racana lain diseluruh indonesia yang seperti ini.
Pembinaan menitik beratkankan kepada kemampuan leadership dan keorganisasian, teknik kepramukaan tidak terlalu menjadi fokus walaupun tidak ditinggalkan juga, karena itu Anggota Racana Unand selalu menjadi personel yang memegang kendali diorganisasi Dewan Kerja khususnya di Sumatera Barat, baik DKC maupun DKD, tidak ada istilah pelonco-peloncoan dan prosesi yang tidak bermanfaat pada saat penerimaan anggota baru, tidak ada jalan malam-malam dikuburan sendiri-sendiri dan diganggu pocong penasaran, tetapi curhat terbuka dengan dewan pada saat akan pelantikan merupakan keharusan. Perbedaan yang membanggakan dan seharusnya dijaga sampai kapanpun.
Begitu juga dalam kegiatan alam terbuka, berbeda dengan yang lain dan mempunyai ke khasannya sendiri, seperti yang sudah diuraikan diatas.
Demikianlah sedikit catatan tentang pengelolaan kegiatan alam terbuka di Racana Swarnadwipa rentang waktu 2001 – 2003, semoga dapat memberikan inspirasi untuk bahan pengembangan dimasa-masa yang akan datang.
Setiap masa ada cerita sendiri-sendiri, buatlah cerita dimasa kita yang indah diceritakan kelak dimasa depan.
Bogor, 12 Ramadhan 1432H/12 Agustus 2011
Selamat HUT Pramuka ke 50