
Perjuangan dan kasih seorang ibu..tak bertepi..
Saya mencoba merangkum perjalanan kasih saya dengan Mama sepanjang saya mengingat dan merasa, dengan satu goal nantinya, Mama berpola fikir seperti apa..dimasanya dan diakhir hidupnya, untuk kami jadikan pelajaran mengarungi kehidupan ini kedepan..
Saya lahir tahun 1981 dan dibesarkan di tengah hutan pedalaman kabupaten solok, Sumatera Barat, tempat Kolonel Ahmad Hosen melarikan diri pada saat PRRI dulu, saya masih ingat masa kecil saya dikampung itu baru ada “kudo beban” sebagai sarana transportasi kebutuhan pokok, TV hitam putih dilapangan kantor wali nagari jadi hiburan luar biasa pada waktu itu..saya tumbuh dengan memelihara ayam, kesawah tanam padi, ambil manggis dan mangga, nunggu jatuh duren..layaknya kehidupan dipedalaman..
Roda kehidupan selayaknya anak daerah terisolir juga dilalui dengan kondisi yang sesuai pada masa itu.. pagi hanya cuci muka, berangkat sekolah.. di kampung pada waktu itu baru ada SD..”keluar main” (jam istirahat) suka-suka, habis dengan main volley bola plastik.. Siang pulang sekolah, main disungai, mancing, main volley bola plastic satu-satunya olah raga yang bisa dilakukan, karena tidak ada lapangan luas yang bisa untuk sepak bola atau yang lainnya..magrib mengaji di surau sampai isya, habis itu tak ada lagi yang berani keluar rumah, takut di bawa hantu “aru-aru”..tidak ada listrik, hanya lampu strongkeng dan lampu teplok..
Yang saya heran dan sampai saat ini hanya terjawab samar-samar.. Begitu terisolirnya negeri tempat kami hidup, orang tua kami maunya dipanggil Papa Mama. Seyognya sesuai kehidupan dan pola fikir waktu itu, panggilan untuk Ortu biasanya apak dan amak..andeh dan abak..sebanternya ayah dan ibu… :)..lha wong bahasa yang dipakai juga totok minang pedalaman.. Apo..kamano..ulua..:)..
Kemudian yang heran lagi..saya anak pertama diberi nama Anton, kalau di Rusia wajarlah memang itu nama Pavorit, tapi ini di pedalaman bukit barisan yang untuk bisa tembus ke kehidupan normal perlu satu hari jalan kaki 🙂 .. Harusnya nama normal pada masa itu ujang..salim..dinih..imen..pendi….begitu juga nama adek-adek saya yang kedua Marda, yang paling kecil Kori.. Nama yang sangat out of the box pada masanya..
Karna itu saya mencoba menulis untuk merunut kenangan dengan Mama khususnya sampai nanti terjawab kira-kira pola fikir dan pola hidup orang tua saya waktu itu seperti apa.. ..dengan Mama saya mempunyai tali kasih yang tidak bisa diukur dalam, lebar dan tingginya .. Wajar, karna Papa sudah meninggalkan kami pada usia masih sangat muda..dan Mama jadi single parent yang sangat luar biasa membesarkan kami penuh semangat mengubah hidup dengan pendidikan.
Ini akan panjang..terdiri dari beberapa part tulisan, yang belum diperkirakan selesai dan jalan cerinya.. 🙂 dari 1981-2017..
Bersambung..