Mama dan Nak bujang part-2: Kisah muda mama

Mama remaja..

Mama sebenarnya lahir tahun 1950, sama dengan Papa, cuma karena telat masuk sekolah tahun lahir dimundurkan  ke tahun 1953.

Mama juga lahir dan besar di kampung yang sama dengan saya lahir dan tumbuh, kami berakar berurat di nagari yang subur ini. Diminangkabau jalur kekerabatan itu dari garis ibu, kami hidup bersuku-suku yang jika dirunut akan sampai ke cerita asal muasal Minangkabau.. ☺.  Kalau dilihat dari harta pusako tinggi, berupa tanah lahan pertanian, atau lahan rumah gadang, yaitu lahan yang dibuka lansung oleh orang tua-tua dulu, mamak, datuak dari jalur ibu kemudian turun temurun diwariskan ke anak perempuan didalam suku sampai ke jaman now. Suku kami cukup berada dan terpandang. 

Angku (Kakek) saya almarhum, seorang guru, dijaman belanda dan jepang Guru atau PNS adalah pejabat yang dihormati, rasa itu pun saya rasa masih melekat saat saya melewati masa kecil di kampung. Nenek saya yang sekarang masih sehat walau sudah 92 tahun kalau dilihat gurat wajah, saya yakin beliau kembang desa juga dulunya :). Nenek istri ke 4 dan terakhir dari kakek. Mungkin karena pejabat jadi laku gitu.. 😊 Dan bagian ini sangat menarik, terutama pandangan dan sikap mama terhadap “andeh2” (ibu2) beliau yang lain, serta kepada kakak2  sebapak beserta anak2nya (kemenakan), yang sangat harmonis..saya akan buat part khusus tentang ini. Karena sampai saat inipun kami mempunyai hubungan yang sangat mesra dengan kakak2 kami dari saudara sebapak mama …

Kakek mengutamakan pendidikan, inilah juga mungkin yang menjadikan mama sangat konsen terhadap pendidikan kami. Di kampung SD baru sampai kelas tiga waktu mama kecil, akhirnya Mama di sekolahkan di SD 1 solok (depan SMP 1), kemudian berhasil masuk ke SMP 1 solok, beliaulah orang kampung yang pertama sekolah di SMP 1 Solok, dan saya yang ke empat bertahun2 setelahnya yang berhasil masuk SMP pavorit kota solok itu.

Tamat SMP Mama melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Papa waktu itu jadi senior di PGA (Pendidikan Guru Agama) Solok, menurut cerita mama yang sambil senyum2, disanalah bunga2 cinta itu mulai tumbuh dan mekar.. Ahai… 😄 ..

Mama remaja melewati hari2 beliau dengan perjuangan penuh kemandirian, setelah tamat SPG dan belum ada pengangkatan guru, mama pernah hidup cukup lama di Medan, sebagai admin dan kasir di PTPN V Medan, mungkin pemikiran terbuka beliau berawal disini, awal mengenal dunia, dengan keterbukaan informasi yang lebih terang, bergaul dan hidup di lingkungan yang heterogen, menjadikan mama sangat menyukai keberagaman dan persahabatan. Mama itu mudah kenal dan mudah nyambung dengan siapapun.

Kemudian dari Medan mama pindah ke pedalaman Solok lainnya, Sangir, yang sekarang masuk ke Kab solok selatan. Mama memulai perjalanan panjang beliau sebagai pendidik dari sini. Passion beliau sebagai guru juga dipupuk dan tumbuh disini. Sangir hampir samalah kondisinya dengan kampung kami waktu itu. Mama sempat cerita juga, bunga2 yang bersemi bersama papa sempat tertiup angin semilir pegawai PU provinsi disini.. Hehe… Karna waktu itu papa sudah berkelana keliling dunia sebagai ABK.. Galau lah istilah jaman sekarang di HTS kan.. 😄..

Tahun 1979 mama pindah mengajar di SD kampung kami, dan ini bertepatan dengan Papa yang juga kembali dari pengelanaannya. Papa akhirnya jadi pegawai kantor pendidikan kecamatan Payung Sekaki Solok. Dan mereka memadukan semua yang bersemi itu di pelaminan tahun 1980, setahun sebelum saya hadir kedunia ini.. :mrgreen:.

Pelajaran berharga dari masa muda mama : keterbukaan pemikiran karna terbukanya informasi, moderen dimasanya.. Passion pendidik dan… Jangan goyah oleh semili2 lain.. Even pegawai PU sekalipun… 😁

Kisah akan berlanjut….

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s