
Innalillahiwainnailaihi roji’un… Surimariadi, atau biasa dipanggil dengan gelarnya “Tan Aceh”, anggota DPRD Kabupaten Solok dua periode 2014-2019, 2019-2024, putera Batu Bajanjang, Tigo Lurah, Kabupaten Solok menggenapkan langkahnya di umur 40 tahun, 17 Januari 2020. Semoga penyakit hepaitis yang diderita menjadi menghapus dosa dan khilaf selama hidupnya dan semoga husnul khotimah.
Kami besar dan tumbuh diperiode yang sama, setahun lebih tua dari saya tapi di tingkat SLTA, di SMK Karya Padang Panjang, kami seangkatan. SD kami sama di kampung, SMP sama di kota Solok, dia SMP 5 saya SMP 1, setelahnya kami sama-sama merantu ke Padang Panjang untuk SLTA, tetapi beliau tidak menamatkan sekolahnya di SMK Karya.
Kalau boleh dibilang, dia itu “non ordinary man”. Extropet, mudah bergaul, pemberani, donjuan mungkin, risk taker, jagoan juga, tanda-tanda pribadi yang memang cocok untuk posisi yang memerlukan orang-orang yang tuft, tidak mudah menyerah, seperti pengusaha dan polikus.
Tapi dibalik semua kegarangannya itu, dia adalah anak “ibu”, anak mama, dekat sekali dengan ibunya yang juga adik sepupu mama saya, kakek kami adik beradik. Ibunya pun begitu, sangat dekat dengan anak laki-laki satu-satunya ini, dulu ada adik lelakinya satu tapi meninggal di usia dini.
Setelah tidak melanjutkan sekolahnya di SMK Karya tahun 1996, kami totally berpisah, sudah sangat jarang ketemu, pun kalau saya yang “gadang di rantau” ini pulang kampung, Edi pun sibuk dengan aktifitasnya. Pengusaha kontraktor listrik, operator pembangkit listrik tenaga mini hydro, pengusaha angkutan, artis dan pengusaha orgen tunggal, karena memang bakatnya dari dulu di seni dan tentu saja “penguasa” kampung kami.. 🙂
Kami mulai berinteraksi lagi setelah Edi mendapatkan chemistri dan passionnya di dunia politik, mungkin medio tahun 2013-2014. PDIP Perjuangan partai yang dia pilih menurut saya memang sangat cocok dengan pribadi dan karakternya.
Dikesempatan libur lebaran tahunnya lupa, 2012 atau 2013, kami sempat berdiskusi cukup panjang tentang keinginannya mencalonkan diri jadi Anggota DPRD Kabupaten Solok. Saya bilang “Sepertinya memang ini passion mu Tan, kalau memang dapat nomor urut calon 1 atau minimal 2, kita akan support”. Walaupun sebenarnya patron dan politik kami berbeda.. 🙂
Dan akhirnya memang terpilih jadi anggota DPRD, bahkan 2 periode sampai sang Khalik memanggilnya kembali.
Prinsip dan jalan hidup kami dari dulu memang berbeda, berkebalikan mungkin. Termasuk mungkin penyakit hepatitis yang diderita merupakan impact dari cara hidupnya di masa lalu. Tetapi satu yang pasti menyatukan kami adalah keinginan “memberikan” sesuatu pada kampung kami, walau dengan cara berbeda. Dan faktanya dengan jalan politik, dia memang bisa memberi lebih banyak untuk kebaikan nagari.
Periode pertama di DPRD Kabupaten Solok, cukup signifikan pengaruhnya membawa suara masyarakat Tigo Lurah untuk pembangunan. Terbukti dengan terpilihnya kembali periode kedua, artinya masyarakat merasa terwakili.
Terakhir ketemu waktu saya pulang pas nenek saya meninggal Desember 2018, sempat juga bertukar fikiran tentang banyak hal, termasuk strategi untuk kembali mencalonkan diri kembali di 2019. Setelah itu saya dapat kabar tentang sakit yang dideritanya, kabar baik mendapatkan pasangan hidup “kembali”, dan akhirnya dapat kabar terakhir, Yang Maha Memiliki telah mengambilnya kembali.
Selamat jalan kawan, saya bersaksi jalan hidupmu sungguh penuh perjuangan dan kelindan, tapi akhir hidupmu ditampakkanNYA di posisi yang baik, semoga husnul khotimah…
Soka 2, 18 Jan 2018.
Link berita:
https://www.kupasonline.com/2020/01/anggota-dprd-kabupaten-solok.html?m=1