1981-2020, 22 May, hari yang sama, Jum’at, hanya berulang 5-6 tahun sekali tergantung tahun kabisat.
Tahun ini mungkin memorable akan lebih kuat untuk tahun-tahun kedepan, karena bersamaan dengan COVID-19 melanda negeri, belum tau kapan akan berakhir. Juga 2 hari sebelum 1 Syawal 1441 H, hari kemenangan bagi semua umat muslim yang beriman.
Sama juga dengan Mei 1998, Kelas 2 STM bertepatan dengan lahirnya Order Reformasi. Dan tidak ketinggalan tahun lalu, Mei 2019, ditetapkannya Presiden Baru ditandai dengan gugurnya beberapa anak bangsa di depan Bawaslu.
Tanggal-tanggal tertentu dan waktu-waktu khusus kadang bisa menjadi check point, titik perenungan dan tentu pelajaran bagi hidup dan kehidupan kita. Tentu saja untuk bisa mengambil hikmah terhadap hari dan peristiwa, membaca dan belajar adalah keniscayaan bagi semua insan.
29 Mei 1453 Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih dan 3 Maret 1924 terusirnya Sultan Abdul Hamid II ke Solanika, Yunani, mengingatkan kita bahwa Kekhalifahan Islam pernah menjadi penguasa dunia dan itu bisa berakhir.
23 Mei 1920 Sarekat Islam bubar setelah sebelumnya terbagi dua, SI Merah (paham komunis) yang kelak jadi penghianat dan SI Putih yang kelak tokoh-tokohnya menjadi aktor kemerdekaan bangsa ini. Peristiwa ini juga mengingatkan kita bahwa paham Komunis itu adalah racun bagi agama dan tentu saja bagi organisasi Islam terbesar sekalipun pada masanya, kalau di biarkan dan diberi kesempatan.
23 Mei juga tahun 1892, Snouck Hurgronje mengajukan usulan ke pemerintahnya agar bisa menang di Aceh, masyarakat harus di pecah belah dengan mendiskreditkan ulama-ulamanya, dan itu terbukti Aceh takluk, hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa penyusup itu sangat berbahaya untuk kelansungan perjuangan.
24 Juli 1981, umur saya baru 2 bulan 2 hari, Seorang Ulama Besar yang namanya Harum Semerbak sampai akhir jaman, Buya HAMKA meninggalkan dunia dengan karya-karya yang sampai saat ini bisa kita gunakan untuk khasanah hidup. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kerugian terbesarlah jika orang berilmu pergi meninggalkan kita tetapi dengan berkarya namanya akan tetap dikenang,
Pun saat ini dokter-dokter ahli berguguran karena COVID-19, hari dan masa ini akan selalu terkenang dan selayaknya jadi pelajaran bagi para pemimpin dan tentu saja bagi kita semua.
22 Mei 2016, setahun menjelang kepulangan Oma, juga menjadi momen yang akan selalu teringat bagi saya pribadi, melihat wajah orang tua berseri merupakan kebahagiaan tak terkira. Bisa menjadi perantara untuk mewujudkan mimpi orang tua ke Tanah Suci, karena memang untuk kehidupan level kami, ke tanah Suci itu adalah mimpi, walau itu panggilan tetapi tidak mudah untuk di wujudkan, Oma dan Eyang pun bergandengan sampai ke Jabal Nur.
Itulah sebagian hari-hari dan peristiwa yang kadang secara tak lansung mengubah diri sendiri, bisa jadi berupa pelajaran kadang juga bisa jadi momen untuk re-charge jiwa, menimbulkan semangat, meningkatkan iman dan imun kalau konteks saat ini.
Kalaupun hari lahir dijadikan sesuatu yang spesial, selayaknya bukan hanya tentang hari atau tanggalnya saja, tapi peristiwa yang terjadi beriringan dengan itu harusnya bisa kita ambil pelajaran dan sebagai pengingat bahwa hidup dan kehidupan itu akan terus bergulir.
Hari-hari akan terus berlalu tidak tau kita sampai kapan, menjaga Imun dan Iman adalah yang seharusnya kita lakukan dalam konteks kekinian, COVID-19 ini bukanlah virus yang bisa ajak bergandengan dan berbahagia untuk hidup bersama, apalagi di ajak “berdansa”, tetapi mau tidak mau kita memang harus hidup dalam ancamannya dan kita harus menyesuaikan dengan itu.
Sampai kelak anak negeri sendiri bisa meakhirinya, seperti percaya dirinya mantan Menkes kita Ibu Dr. Siti Fadilah Supari yang masih di penjara karena “kalah” bukan karena salah, “kita bisa membuat vaksin sendiri dengan virus yang ada di Negara kita sendiri, tidak perlu tergantung atau mendewa-dewakan asing”.
Soka 2, 22 Mei 2020|29 Ramadhan 1441 H