Merdeka !!

FoV Bung Karno saat proklamasi dari belakang (sumber : https://twitter.com/kenmiryam/status/1427447090771238923?s=19)

Malam 16 Agustus 1945, Soekarno lagi tidak enak badan, di pegansaan timur Jakarta, rumah seorang habib. Tapi dorongan para pemuda yang beberapa waktu lalu “menculiknya” ke rengasdengklok, untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sudah pada keputusan yang bulat.

17 Agustus 1945, pagi itu Ibu Fatmawati selesai menjahit bendera pusaka untuk di kibarkan. Teks proklamasi yang diketik Sayuti Malik pun sudah selesai, Bung Karno masih meriang, Bung hatta sudah bersedia. Jam 10.00 Pagi, di Pengangsaan Timur Jakarta, Proklamasi kemerdekaan indonesia di ikrarkan.

Dengan cepat menyebar ke seluruh bangsa dan dunia. Euforia dimana-mana, merdeka ! Dijalan-jalan, di lorong sempit kampung-kampung, desa nun jauh ditengah pulau, tak tertinggal di kampung kecil pedalaman kabupaten solok, sumbar. Batu Bajanjang, kecamatan tigo lurah.

Tentu tidak pas 17 Agustus 1945 pagi itu juga, delai beberapa jam, hanya radio alat komunikasi saat itu, RRI belum ada, kabar Merdeka itu di relai dari satu radio rakyat ke radio yang lain sambung besambung sampai juga di kampung kecil itu. Merdeka ! Menggema dimana-mana.

Setelah itu, gelombang penguasaan mulai menggema. Kakek kami, kakak Nenek almarhum, angku Datuak Saripado Alam, sempat bercerita. Beliau yang sempat ikut wajib militer jaman Jepang. Latihan di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kampungnya Datuak Gamawan Fauzi. “Para pejuang mulai merebut, tangsi-tangsi dan pangkalan tentara Jepang, yang saat itu memang sudah kalah dan menyerah, ada juga yang bertahan tapi dengan mudah di taklukkan para pejuang”, kenang beliau 30 tahun yang lalu.

Namun kampung kami, karena diujung jalan, dalam hutan,  Jepang tidak sampai benar, hanya perwakilan-perwakilan yang juga warga kampung, sehingga dengan cepat pun bergabung dengan NKRI. Termasuk yang waktu jaman penjajahan menjadi pegawai belanda atau jepang, kembali dengan cepat menjadi pegawai NKRI.

Namun setelah pembacaan kemerdekaan 17 Agustus 1945, dari sejarah kita tau, Republik ini benar-benar baru bisa menjadi negara “merdeka” setelah jaman order baru.

1945 Merdeka, hanya 3 tahun setelah itu Komunis menusuk dari belakang, pemberontakan Madiun 1948. Setelah itu 1949 sekutu yang di boncangi NICA kembali melakukan agresi, mencoba merebut kembali Indonesia. Dengan perjanjian meja bundar, NKRI berusaha di pecah dengan RIS, sampai mosi integral Natsir 1950 kembali menyatukan.

1955 pemilu pertama mengantarkan Masyumi jadi pemenang, tapi setelah itu negeri ini kembali mulai di rong-rong, dengan permisifnya bung Karno pada PKI. Pertentangan Nasionalisme dengan Islam sangat kentara. Warga Sumbar khususnya sangat menentang keterlibatan PKI ini, yang puncaknya Kolonel Ahmad Hosen mengikrarkan PRRI, dengan tuntutan membubarkan kabinet Djuanda yang penuh dengan PKI dan meminta Moh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubowono membentuk kabinet.

Setelahnya kita tau dari sejarah, pasukan Pimpinan Kolonel Ahmad Yani, diperintahkan menyusuri kampung-kampung, nagari-nagari, jorong-jorong di Sumbar untuk menumpas PRRI. Paman saya salah satu tentara PRRI, ditangkap tentara pusat, di mutilasi, jasad beliau di jemput dengan kain sarung oleh kakek. Satu paman saya adek mama, meninggal di lokasi pengunsian dipuncak gunung, umur 5 tahun.

Kita juga tau, ulama-ulama dan tokoh-tokoh Sumbar dijebloskan ke penjara, Buya Hamka, Pak Natsir, Mr M Room, Mr Syafrudin Prawiranegara, dengan tanpa pengadilan dan tuduhan-tuduhan mengada-ngada. Setelah itu, sumbar dan minangkabau seperti di “kebiri”.

1965, kekhawatiran tokoh-tokoh PRRI terbukti, PKI menjadi penghianat NKRI. Kita tau setelah itu, simpatisan PKI diburu diseluruh negeri. PKI selesai, NKRI mulai berbenah di jaman Orde baru, keamanan terjamin, walau setelah itu kita juga tau sejarahnya, “power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely“.

Sekarang, kita sedang berjuang merdeka dari Pandemik Covid 19. Sudah lebih 100rb warga NKRI tercinta yang tercatat resmi, direnggut oleh virus ini. PPKM berjilid-jilid pun masih mengekang kemerdekaan kita. Dulu pejuang bergerilya dihutan gunung, jarang sekali ada kesempatan untuk dirumah dan kita menghormati mereka sebagai pahlawan negeri ini. Saat ini terbalik, kitalah yang pahlawan dengan tetap di rumah agar pandemik ini pupus.

Selamat Hari Kemerdekaan NKRI ke 76. Merdeka !!!

Soka 2, 17 Agustus 2021 #DirgahayuNKRI.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s