Mama dan nak bujang Part-31: menempatkan diri

Pasukan Penggalang 1994, SMP kelas 2

Kelas 2 SMP, bergabung dengan para juara, tertinggal dua “tiang”, ini istilah balapan jalanan, maksudnya ketinggalan 2 tiang listrik, kalau jarak tiang listrik 25 m, ya ketinggalan 50 meter dan itu jauh. Karna itu saya secara sadar harus bisa menempatkan diri, bergabung pada rombongan depan atau pasrah tetap ketinggalan gerbong. Kelas kami waktu itu khusus terpisah di bangunan baru, disamping. Penuh dengan alat peraga biologi, dulunya mungkin lab.

Waktu itu saya memilih bergabung dengan rombongan para juara. Bukan hanya di kelas tetapi sampai ke pergaulan dan pertemanan sehari-hari. Hampir semua para juara tersebut juga bergabung dalam pramuka SMP 1, semakin dekat persaudaraan. Kelas dua SMP sungguh saya masih sangat pemalu, terutama dengan teman-teman perempuan, makanya saya sampai tamat SMP tidak punya teman SMP yang menurut saya dekat.

Seperti cerita seblumnya, ada teman-teman wanita yang juga para juara, Arsyaf Mursalina, atau lilik panggilan akrabnya, anak bidan di air mati, seorang yang penuh semangat dan perhatian. Ada Susi Nofrita, si ikal yang “maskulin” yang kelak menjadi wakil Kota Solok diterima di SMA Taruna Nusantara Magelang, bersama hendri Umar. Ada juga Arli Setyowati, rumahnya di toko mata air pas lampu merah. Ada Imelda Malakutano,yang childist tapi pintar, ada teman saya dari kelas satu Maulidawati, kelak kami sekelas sampai kelas tiga, dan beberapa teman lainnya yang saya lupa nama mereka.

Ada beberapa teman lelaki para juara waktu itu yang memang saya berusaha untuk dekati, entah bagaimana caranya, yang penting saya harus bisa menyertai mereka, bisa untuk belajar. Hendri Umar, anak bapak dr. Umar Rivai dan ibu bidan Ely yang rumah lamanya masih di samping toko bangunan,di batas kota, kalau rumah yang sekarang dulu masih sawah tempat kami bermain. Merupakan salah satu centre of grafity waktu itu. Anak yang luwes, rendah hati tapi pintarnya masya Allah. Kelak dia jadi lulusan dengan nem tertinggi kota solok.

Saya berkesempatan berteman sampai ke rumah, hampir setiap minggu tidur dirumahnya, bersama dengan teman kelas satu saya, Oon Kurnia yang ternyata sepupu Hendri. Terlebih lagi bapak dokter dan ibu bidan ternyata sudah kenal mama, karna pernah bertugas di kampung dulu waktu awal penempatan jadi dokter, jadi bisa lebih dekat. Selain belajar, saya banyak dapat lansiran buku-buku bahkan sempat hobi filately, pengumpul perangko, karena diberi beberapa koleksi perangkonya Hendri. Tak hanya itu, koleksi film mandarin yang memang lagi hit waktu itu, kami lahab habis dikamar belakang, saya dan Oon, setelah Hendri ke kamarnya.

Saya yang dari kampung, memang mempunyai satu kelebihan juga, bisa mengaji. Jadi simbiosis mutualismenya disini. Saya sempat mewakili “anak” dr. Umar lomba azan di walikota. Ada cerita lucu dan berkesan waktu itu. dr. Umar baru beli sedan mitsubishi lancer warna putih gres, buka plastik. Saya di antar lansung pak dokter ke kantor walikota naik sedan baru ini, di mobil saya menggigil, padahal sudah pakai jas yang dipinjamkan juga. “Kenapa ton?grogi mau lomba ya” pak dokter bertanya, “dingin pak, raso di alahan panjang” jawab saya jujur, dokter umar tertawa dan mematikan ac mobilnya. Ya, ini kali pertama saya naik mobil ber ac. Saya juara lomba, tapi di anulir, karna rupanya lomba untuk tingkat SD, “dak apa-apa ton, yang penting ikut” pak dokter membesarkan hati pas pulang.

Berteman dengan Hendri, membuka pertemanan lebih dekat dengan para juara lainnya, ada Zendri Dovira, yang hebat bahasa inggris, ada Devil Ziola yang hebat kimia dan kelak dia tembus ITB Teknik nuklir, Yudha Dwinanda teman sebangku, yang saya ajak ke kuburan papa di koto baru, kabur dikejutkan kumpulan burung. Emil Reza, anak dokter spesialis anak Rozali, Mido Patria yang hebat puisi. Ada Roni yang “lembut”, hebat matematika dan kelak juga tembus ITB. Ada Ferdi, yang rumahnya didepan polres, hobi mobilan tamia, saya ikut main di sirkuit tamiya di rumahnya. Dan beberapa para juara lainnya yang saya juga sudah lupa nama, kelak teman-teman itu menjadi pioner masing-masing dibidangnya.

Kelas dua ini juga masa-masa “mengagumi” lawan jenis mulai timbul, next episode ya. 🙂

Soka 2, 17 Okt 21, #SubuhRinduMama

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s