
“Lepas kungkung” itu kata orang lebaran tahun ini. Bagaimana tidak, dua tahun sudah pandemik menggalangi silaturahmi, tidak ada kapal berlayar, terhalang jawa-sumatera. Dan tahun ini tumpah ruah kaum muslim pulang kampung, arah sumatera berjam-jam antri naik kapal di Merak, hasrat merajut kembali silaturahmi tak terbendung.
Kemacetan pun kembali beralih ke kampung-kampung. Kalau di Sumbar, cerita macet panjang jalur Padang-Padang Panjang-Bukittinggi kembali menghangatkan berita. Kami tentu saja ada disana menjadi penyumbang. 🙂
Lebaran di kampung juga tumpah ruah, sumbangan lebaran di masjid yang sebelum-sebelumnya rata-rata 10jutaan , kemaren tembus dua kali lipat, insya Allah pembangunan masjid bisa kembali dimulai. Silaturahmi kembali merekatkan jiwa-jiwa yang sudah dipaksa dipisahkan, dipimpin lansung oleh Bapak Camat Tigo Lurah dan Pj Walinagari Batu Bajanjang, masjid penuh.
Pandemik yang sudah masuk tahun ketiga ini juga mengacaukan ritme pengaturan pulang kampung, sebelumnya sudah tertata rapi, sekali 2 tahun di kampung saya, tahun berikutnya dirumah mama anak-anak. Tahun ini diskusi cukup alot sebelum akhirnya diputuskan, pulkam sekarang dibagi 2, di kampung Solok dan di Kepahiang Bengkulu. Itenirary disusun dan di kontrol dengan ketat, supaya waktu cukup dan adil 🙂.
Alhamdulillah di kampung Batu Bajanjang Kab Solok, masih dapat dua malam taraweh dan sholat Ied. Anak-anak puas mandi di “batang aie”, batang palangkih yang bermuara ke batang Hari. Lebaran ke-dua, silarurahmi ke Sungai Nanam Alahan panjang, kampungnya Datuak Gamawan Fauzi. Keluarga almarhum “mak etek”, paman adek mama menetap disini, kota dingin tanpa salju. Sambal lado khas Aunty Fero menghangatkan badan.
Lebaran ke-3 jadwal utama, yang sebenarnya sudah disusun bertahun-tahun lalu, silaturahmi ke eks. kepala STM karya Padang Panjang, tempat kos dulu waktu sekolah, Bapak Zuhelmi Azis, alhamdulillah kesampaian tahun ini, walaupun harus melalui jalur seberang danau singkarak, Malalo, agar bisa terhindar dari macet panjang jalur solok-padang panjang. Sudah 71 tahun beliau, 10 tahun pensiun, tapi raut wajah masih “sangar” seperti dulu. “lapeh taragak”.
Masih berkesempatan juga “selayang”, bertemu dengan rekan-rekan seperjuangan 22 tahun lalu selama di Padang Panjang, walau hanya sambil makan di RM Pak Datuak silaing. Mas Agus, Catam dan komandan Deni. Tidak kesampaian ke Minangkabau Village dan Sate Mak Syukur, tapi Alhamdulillah bisa magrib di Islamic Centre Padang Panjang, tujuan baru wisata religi di daerah Jao. Dan kembali ke Solok melalui jalur Malalo, sembari memandang ke seberang danau, jalan terang oleh lampu mobil sambung menyambung dari ombilin sampai ke singkarak, macet parah.
Kamis, 5 Mei sesuai itenirary, bertolak ke Kepahiang, “kampung” tempat lahir mama anak-anak, lintas tengah sumatera cukup lancar. Dari Solok 5.45 AM WiB, sampai di kepahiang 8.45 PM. Sesuai jadwal agak 3-4 hari juga di kepahiang sebelum balik ke Jakarta melalui Palembang.
Selamat Lebaran 1443H, selamat liburan, “healing” kerja mulu 😀.
6 Mei 2022, @Suban Air Panas, Curup, Bengkulu #MudikSumbar2022