
Pintanya Ayah 11 tahun lalu “out of the box”, akadnya setelah subuh, tepat 6.12 WIB, satu kali ucap, sah..! Setelah itu ni’mat tak berhenti, sampai kini 11 tahun sesudahnya.
Tahun ini sangat istimewa, memulai hidup baru dengan segala ni’matNYA, apalagi tepat 27 Juni 2019 MK memutuskan presiden baru juga. π
Kami memulai perjalanan ini dengan saling menjaga dan saling menyimpan, sejak pandangan pertama 19 tahun lalu sampai terpisahkan jarak dan waktu 6 tahun setelahnya semua rasa tersimpan rapi, walau kadang bola mata tidak bisa berdusta, “tersirobok” pandang mengaktifkan otot bibir, senyum dan tertunduk atau pura-pura lihat burung terbang di langit..π
Dan akhirnya 15 tahun lalu, setelah waktu dan jarak memisahkan, ditambah “list” calon juga makin banyak yang tercoret, (rupanya kedua fihak mempunyai list) π, Yang Maha Mengatur menakdirkan pertemuan kembali. Idiom orang ke-11 jadi pembuka jalan saling jujur dan mulai saling berharap.
Terbukalah apa yang dulu hanya sanubari dan pemilikNYA yang tau. Tidak ada yang sadar, termasuk saya, satu halaman Foto album kegiatan di Sanggar Pramuka Unand kosong, rupanya isinya sudah di “selamatkan” 18 tahun lalu. Ya, kami ditakdirkan bertemu dengan jalan aktif di kepramukaan, sama-sama anggota Dewan Kerja Daerah Pramuka Penagak Pandega Sumbar.
Perlu bagi kami 3 tahun saling memantapkan dan mencapai target diri masing-masing, setelah rasa itu tak lagi hanya dalam hati. Menyelesaikan pendidikan S2 bagi Si Dia dan S1 bagi saya, jadi alasan utama kami untuk melebihkan waktu dengan saling bersabar, berjauhan dan saling menjaga.
Dan akhirnya, melalui mamak dan datuk suku kami, 11 tahun lalu carano “naik” ke Rumah Tuo Lokuk Sulit Air, cincin dan kain jadi “tando” selama masa “bajanji” 3 bulan menjelang hari H, bukan karena menunggu “masak padi”, tetapi waktu liburan panjang yang dinanti, agar semua family bisa menghadiri.
Dan terjadilah akad yang “heboh” itu, kata Pak Kua, baru sekali ini selama ada KUA di Kepahiang, Ijab Qabul sebelum matahari terbit, masih belum lepas wudhu subuh.
Alhamdulillah, sejak itu bergelombangnya lintas sumatera mulai kami hadang, berbelok naik turun layaknya jalur muara enim, tanjung enim sampai ke kepahiang, lubuk linggau. Lurusnya jalur lubuk linggau, muara rupit sampai ke RM Omega Dharmas Raya, kadang melenakan. Atau keritingnya jalur lintas timur sumatera, mulai dari Jambi, Betung sampai Palembang, Indralaya. Pernah pecah ban, dan memang harus sering istirahat, bahkan nabrak kambing pun pernah, tetapi perjalanan harus tetap sampai ke tujuan.
Menuju ke 2 windu, dan menuju mulainya hidup ke dua kata orang-orang (sedikit lagi 40 tahun), ni’mat mengaruni lintas sumatera ini harusnya tidak lagi fokus ke diri dan “kami”, masanya untuk lebih banyak berbagi dengan sesama, dan tentunya pandangan jauh untuk masa abadi nanti..
11 tahun ni’mat tak bertepi..
27 June 2008-27 June 2019
#Cibis Nine, 28 June 2019