
Sejak Jumat, 20 Maret 2020, sesuai dengan himbauan Pemda DKI untuk menghindari penyebaran Covid-19, shalat Jumat ditiadakan. Hari ini, Jumat, 5 Juni 2020 dengan sudah di releasenya protokol masa transisi PSBB ke new normal oleh Pemda DKI, kita bisa kembali ke Masjid. 12 kali jumatan berganti zuhur, 78 hari jauh raga dari masjid demi menjaga nafsh.
Ada satu teori psikologi, jika mau membiasakan sesuatu cobalah lakukan terus-menerus selama 40 hari tidak putus, maka kebiasaan itu akan jadi new normal. Sepertinya terbukti, kita semua membiasakan diri dengan pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, tidak berjabat tangan dan tidak keluar rumah kecuali untuk pemenuhan pokok. Kebiasaan baru yang sebelumnya tidak terbayangkan, menjadi normal dan penting bagi kita. Walau awal-awal dilakukan dengan terpaksa lewat dari 40 hari akhirnya menjadi kebiasaan. Saya pribadi mulai risih kalau diluar berpapasan dengan orang yang tidak pakai masker, apalagi batuk-batuk.
Pertanyaannya apakah jauh dari masjid hampir 80 hari, dua kali dari yang disebutkan teori tersebut, menjadikan kita merasa “mulai” nyaman tidak shalat ke masjid? Tidak jumatan?. Mulai enak dan normal shalat di rumah, berjamaah dengan keluarga? Atau mungkin selama masa pelarangan beribadah di masjid untuk menghindari kerumunan, kemudian kita melihat orang yang tetap ke masjid dengan serta merta hati kita berkata “orang ini tidak mengerti..”, walaupun tidak terucap.
Kalau jawaban semua diatas hati kita menjawab “iya”, saya pribadi sejujurnya “hampir” merasakan itu. Mungkin itulah yang di khawatirkan oleh saudara-saudara kita, ulama-ulama, ustadz-ustadz, yang tetap bersikeras masjid harus dibuka dan harus didahulukan untuk dibuka setelah PSBB, adalah untuk menjaga agar teori 40 hari ini jangan kejadian. Bahkan ada banyak yang mempercayai bahwa Covid-19 ini konspirasi untuk menjauhkan umat beragama dari rumah ibadah, tentu saja ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang sudah di jelaskan para ahli dan para ulama, menjadi pegangan kita semua.
Semoga dengan kembali ke masjid kita menjadi lebih bersyukur dan bisa memetik hikmah dari pandemi ini, tentu saja selalu mengikuti protokol yang sudah ditetapkan pemerintah setelah kajian para ahli. Disiplin adalah kunci agar jangan terjadi pandemi yang luar biasa akibat serangan gelombang kedua. Selayaknya kita belajar dari sejarah Flu Spanyol tahun 1920 yang banyak makan korban pada gelombang ke-2, belajar dari sejarah, bukan mengulang sejarah…
Masjid Bumyanca Sekawan, Cibis Nine, Cilandak, 5 June 2020.