12 tahun…

Habis subuh pagi ini, tiba-tiba muncul remainder di HP “12 tahun lalu”, tercenung, ya, ingat 12 tahun lalu di tanggal yang sama di waktu yang sama, prosesi ijab, penyerahan dan qabul, penerimaan, seorang gadis dari ayahandanya berlansung sangat lancar, tanpa pengulangan, baik yang menyerahkan maupun yang menerima.

Jum’at, 27 Juni 2008, 05.45 waktu masjid Taqwa Muhammadiyah Kepahiang, Bengkulu. Ijab dan Qabul itu meresmikan dua insan halal untuk hidup dan berjuang bersama dan menjadi awal tanggung jawab itu berpindah. Langkah awal yang unik, bukan waktu biasa. Prosesi pernikahan sehabis shalat subuh jadi satu yang terkenang dan terpatri di jiwa. Pesan ayahanda tersirat dari pemilihan waktu ini “mulailah dari yang suci, jaga dan saling menjaga kesucian”..

Napak tilas. 2 avanza yang diisi 20 orang, dari Solok, Sumbar ke Kepahiang, Bengkulu. Menunjukkan waktu itu sungguh spesial, walau di tengah keterbatasan, semangat keluarga besar mengantarkan anak bujang yang disayang ke gerbang kehidupan baru sungguh bermakna. Bahkan Pak Tuo (Suami kakak mama) dalam keadaan sakit pun memaksa untuk ikut, dan menjadi momen bersama terakhir kami sebelum beliau kembali ke haribanNYA.

Pesta nikah ala adat minang yang megah dan shahdu pun masih membekas di fikiran. Hampir semua keluarga besar “Surau Kelok”, Sulit Air dan Keluarga besar “Kutianyia Lanyah” Batu Bajanjang, Tigo Lurah, Sumbar, berkumpul dalam kegembiraan..

Walimatul ‘ursy di kampung mempelai laki-laki di pedalaman kabupaten Solok, Sumbar, dua minggu setelah acara di Kepahiang pun berjalan lancar. Penuh kebahagian, penuh persaudaraan dan menenangkan hati. Dan suasana itu sungguh membekas dalam jiwa.

Kini, 12 tahun kisah telah berjalan, kisah kasih, gelombang besar, ombak mendayu selat Sunda, angin limbubu dan semilir meghanyutkan angin gunung salak, kelok dan lobang ribuan kilo jalan Lintas Sumatera, pun telah dilalui bersama, tentu dengan naik turun frekwensi “anten renggo tiga kumis” adalah suatu yang wajar dalam kehidupan bersama.

Tiga titipan Ilahi pun sudah beranjak remaja, Covid-19 menjadi tantangan tersendiri dalam memfasilitasi tumbuh kembang mereka. Dunia digital menjadi sebagian besar kehidupan mereka kini, setelah Sekolah dan aktifitas fisik lainnya terpaksa dan di paksa di renggut oleh PSBB.

Menjadi ibu sepenuhnya menjadi pengalaman sangat bermakna bagi gadis yang 12 tahun lalu pun berbahagia di pingit dan di pinang. Proses mengajar daring, menjadikan waktunya full dengan tiga buah hati. Sesuatu yang mungkin sangat mahal di kondisi normal. Belum tau kondisi pandemic ini berakhir, tetapi hikmahnya telah dengan nyata terasa.

Kehidupan akan terus berjalan, 12,13,20 tahun lagi, kita tidak pernah tau, tetapi yang terpenting, kesadaran diri hidup bersama selalu dalam jalan yang sudah di gariskanNYA, yang sudah di ajarkan oleh RasulNYA, insya Allah berkah dan ridhoNya selalu mengiringi.

Tentu jangan berharap jalan ini akan lurus saja seperti tol lintas jawa, yang sangat rawan akan “micro sleep” dan membuat kecelakaan fatal. Dengan sadar, kadang kelok-kelok Kepahiang Bengkulu yang membuat Mabuk Kepayang pun di perlukan agar sopir makin terlatih dan semakin berpengalaman. Kadang juga, istirahat sejenak untuk mengisi energi kembali pun sangat di perlukan.

Diatas semua itu, doa adalah senjata kita sebagai makhlukNYA di dunia ini.

Bogor, 27 Juni 2020

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s