Euforia berkumpul, jalan-jalan dan kembali macetnya tol Bogor-Jakarta seperti mempertegas bahwa Covid “sepertinya” sudah berlalu di Indonesia, khusunya Jabodetabek, ditengah setiap hari Menkes masih melaporkan masih tingginya yang terinfeksi harian, walaupun report DKI sudah mulai melandai, cuma sayangnya jumlah infeksi berkurang data menunjukkan jumlah tes juga berkurang. Linear.
Faktanya, covid terus mendekat. Senin minggu ini, satu team saya terkonfirmasi positif OTG, kemungkinan tertular dari adiknya. Protokol dijalankan dengan sterilisasi office dan workshop, tes swab semua yang kontak lansung, termasuk saya. Ini PCR tes dengan swab pertama saya, setelah beberapa kali sebelumnya Rapid test antibody untuk keperluan perjalanan.
Sampel swab diambil melalui hidung, tidak nyaman tentunya. Biayanya pun tidak ringan, 1.65 juta untuk hasil 24 jam. Mungkin bisa jadi pembenaran bahwa test Covid ini memang menggiurkan jadi disersifikasi bisnis yang bisa membantu rumah sakit menghadapi rendahnya okupansi.
Di RS BMC Bogor, paket standard paling rendah 900 ribu, untuk hasil 3 hari, paket silver 1.65 juta untuk hasil 24 jam, dan paket eklusif 2.15 juta untuk hasil 12 jam.
Team area Jakarta swab di drive thrue klikik Bumame Farmasi, di komplek Fairgroubds SCBD, lebih murah, 980 ribu untuk hasil 24 jam. Mungkin saat ini, klinik “sementara” ini yang termurah dan tercepat keluar hasilnya, se Indonesia.
Alhamdulillah, semua team yang di tes negatif. Team yang OTG melakukan isolasi mandiri dirumah sambil menunggu hasil test keluarga, di DKI sepertinya cukup terstruktur, Puskesmas lansung direct action melakukan test dan tracing semua orang yang ada kontak lansung dengan yang terpapar. Pemindahan ke lokasi isolasi masih menunggu hasik test keluarga yang lain.
Karnanya, tetap disiplin, “vaksin” terbaik saat ini adalah disiplin 3M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Covid belum berlalu, bersabar walau rindu untuk berkumpul, jalan-jalan dan bercengkrama meledak-ledak.
WFH, 12 Nov 2021.