Mama dan nak bujang Part-22: Merantau

Bukit Tnduak

Sambil menunggu pengumuman penerimaan SMP 1 Solok, Mama dapat pula menyelesaikan sawah dulu, Mama menitip ke Mak Etek Raf, untuk melihat pengumuman hasil cadangan itu, dari Sungai Nanam ke Solok, transpor relatif lancar.

Suatu sore, saya sudah tidak ingat tanggalnya, Mak Etek mengirim pesan lewat orang yang dari Sungai Nanam, saya di terima di SMP 1 Solok, cuma 2 cadangan yang di terima, teman saya, Indra Kadican dari Sijunjung dan saya, tanggal batas akhir daftar ulang juga sudah ditentukan, setelah dilihat tanggal, Mama kalang kabut, rupanya besok jam 3 sore paling lambat. Mungkin yang bawa pesan terlambat menyampaikan ke mama.

Untuk keluar dari kampung saya waktu itu ada 2 jalur normal yang sering dipakai orang kampung, jalur Sirukam, perjalanan 12 jaman, berangkat jam 7 bisa sampai jam 7 juga malamnya. Kemudian jalur Kapujan terus ke Sungai Nanam, sekitar 10 jam an jalan kaki, tracking naik gunung turun lurah.

Mama bilang dua jalur itu tidak mungkin. Tiba-tiba mama ingat, dulu beliau pernah tempuh jalur Sabie Aie tembus talang babungo, bisa tembus 5-6 jam, tetapi tidak tau lagi apakah masih bisa di tempuh atau tidak, setelah bertanya sana sini, malam itu dapat info jalur masih ada yang dilewati orang sekali-kali.

“Bang, tidur cepat malam ini ya, besok setelah subuh kita berangkat” terasa semangat mama waktu itu. SMP 1 Solok juga almamater beliau dulu. Cerita mama, 2 orang yang sekolah di sana, mama dan Mak Buyuang, kemudian kalau jadi saya yang ke-3. Saya pun terlelap dengan semangat pula malam itu. Nenek begadang mempersiapkan bekal.

Pagi setelah subuh, pakai senter saya berdua mama mulai perjalanan. Tapi arahnya kok ke sawah mudiak, “Ma kok arahnya bukan ke ilia” saya sempat bertanya, “kita lewat jalur bukit tanduak bang”, jawab mama. Ya saya tau bukit tanduak, memang seperti tanduk yang sering kelihatan dari sawah saya. “Oo” jawab saya singkat dan semangat mengikuti langkah mama.

Jalur Sabie Aie – Talang Babungo

Jam 7an kami sampai di Sabie Ayie, seumur-umur dikampung baru kali ini sampai ke sini, mama mampir dulu ke rumah angku, lupa saya nama beliau (update: Angku Sinih), angku ini legend pernah diceritakan beliau jumatan di makkah, magrib sudah di sabie ayie lagi, katanya. Setelah dapat info jalur memang bisa dilalui kami pun ijin berangkat, untuk mengejar waktu.

“Bang, ingat pesan angku tadi ya, jalur ini jarang di lalui orang, kalau abang tiba-tiba dengar yang manggil-manggil, jangan di lihat, itu orang bunian” sambil jalan mama kasih tau, “iya ma”, singkat saya jawab, saya lagi fokus ke bayangan mulai SMP di Kota solok, jadi cerita mama tentang orang bunian ini tidak terlalu teperhatikan.

Matahari mulai muncul, disaat jalur yang dilalui miringnya sudah 70 derajat kali, benar-benar naik gunung, saya cium lutut saya setiap melangkah, pas lutut di hidung soalnya. Terengah-engah saya mengikuti Mama yang fokus mengingat jalur, sepi, yang terdengar hanya suara siamang yang mulai bangun, belum ada angin, hutan seperti tidak terjamah, hanya ada jalan setapak, sebenarnya shadu, cuma buat anak kecil 12 tahun, malah berdiri bulu tengkuk. Tidak bertemu seorangpun, apalagi teringat pesan angku tentang orang bunian, saya semakin tidak berani melihat kebelakang.

Jam 9.30an, kami sampai di puncak dan mulai menurun ke arah Talang Babungo. Mama mulai lega setelah bertemu dengan ladang masyarakat, juga mulai ketemu dengan orang-orang yang berangkat ke ladang. Mereka keheranan dan juga seperti tidak percaya, melalui jalur Sabie Aie ke Talang Bangungo hanya berdua dengan anak kecil, pagi buta lagi, “bagak” komen orang ke ladang.

Jam 11an lebih kami sampai di loket mobil ke Solok dan alhamdulillah mobil ada dan tidak terlalu lama ngetem. Setelah di mobil baru terasa perut lapar, selama perjalanan yang tak akan pernah terlupakan dan mungkin sekali seumur hidup melewati jalur tersebut, tidak terasa lapar sama sekali, dua hal penyebabnya, pertama semangat agar sampai di Solok tidak lebih dari jam 3 dan juga ketakutan, terngiang-ngiang kata angku di Sabie Aie, orang bunian. Makan di mobil bekal yang sudah disiapkan nenek tandas, lahap.

Melewati jalur Talang Babungo sampai Alahan Panjang, saya ketiduran. Ini kekawatiran saya ke-dua, pengalaman membenarkan setiap naik mobil saya pasti mabuk darat kecuali kalau bisa tidur, kelak mabuk ini sampai saya sudah di STM di Padang Panjang pun masih. Perut saya mulai tidak nyaman melewati berlikunya jalan yang melewati Danau Bawah dan akhirnya pertahanan saya jebol sebelum masuk Lubuk Selasih, sarapan pagi keluar semua, setelah itu saya tertidur lagi sampai Mama membangunkan di Simpang Selayo, perut “bernyanyi” kelaparan.

Kami sampai di SMP 1 Solok, lewat sedikit dari jam 3, sebenarnya sudah hampir di tolak, karena cadangan no. 3 sudah mendaftar ulang disebabkan kami tidak datang tepat waktu, cuma dengan keahliannya mama bercerita, mendayu-dayu dan berlinang air mata, menceritakan tentang perjuangan yang dilalui dari pedalaman negeri terisolir dan tertinggal, akhirnya sampai di Kota Solok demi sekolah ananda tercinta, walau kadang saya mendelik dan berkerut kening juga, ada cerita yang di hiperbolakan, saya malah tersenyum geli, bukan sedih mendengarnya. Panitia penerimaan SMP 1 Solok akhirnya luluh dan menerima saya sebagai siswa baru tahun ajaran 1993/1994.

Resmi jadi siswa SMP 1 Solok dan resmi merantau, mulai dari umur 12 tahun meninggalkan kampung. Perjuangan sekolah selanjutnya akan penuh perjuangan, berbeda dengan saat di kampung yang happy sampai ke ending.

Selanjutnya lika-liku cerita di perantauan, Kota solok 1993-1996, Kota Padang Panjang 1996-1999, Kota Padang 1999-2003, Jakarta, Bekasi, Bogor, 2003-sekarang, tentu cerita yang berhubungan dengan tegar dan kuatnya tekad Mama, memastikan pendidikan bagi saya adik beradik. penuh peluh dan keringat, kadang kala juga air mata. Sampai kelak mama kembali dengan tersenyum merekah…

Bogor, 23 Januari 2021. 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s