Setelah daftar ulang di SMP 1 Solok, saya sudah tidak sempat pulang lagi. Mama mencarikan kos-kosan pertama di Simpang Rumbio, depan RS Umum Kota solok, pemilik kos sudah kenal dekat dengan mama, karna waktu papa sakit dan di rawat di RS Solok sebelum di rujuk ke Padang mama dan papa kos cukup lama disini, menghindari bolak-balik kampung yang aksesnya sangat sulit waktu itu.

Kos kosan ini juga tempat tinggal anak-anak Mak Darami dulu waktu sekolah di Solok, beliau kepala sekolah SD waktu itu. Saya sempat juga menjenguk papa di RS tahun 1988an, Mak Darami yang mengasuh saya sementara mama menemami papa di RS.

Saya masih ingat, mama membelikan kompor minyak tanah dan perlengkapan masak. Cuma saya tidak ingat bagamana saya menggunakannya waktu itu, karena hari-hari pertama sekolah di Solok, nenek menemani saya.

Di kosan ini juga akhirnya saya kenalan dengan “penguasa” Simpang Rumbio waktu itu, kebetulan tetanggan, lupa saya namanya tapi terakhir ketemu jadi agen angkutan padang solok. Beliau juga mengajak saya untuk ikut latihan kungfu di Depan Masjid Agung Al Muhsinin kota solok.

Mama mengajari dan menemani saya beberapa kali ke SMP 1 Solok untuk menunjukkan jalan, naik bendi, ongkos bendi sampai jalur singkat dari loket bendi ke sekolah lewat stasiun.

Saya berulang ke SMP 1 Solok yang di tengah kota,dengan jarak sekitar 5 km. Pergi naik bendi/dokar, ongkos anak sekolah 50 rupiah, pulang seringnya jalan kaki, apalagi kalau sudah akhir-akhir bulan, untuk menghemat pengeluaran.

Hari pertama masuk sekolah, mama sudah pulang kampung, tidak bisa menemani, nenek tentu juga tidak. Praktis memulai sekolah sendiri. Karena saya cadangan terakhir, tentu kelasnya juga paling terakhir. Kelas 1i, kenalan saya pertama yang menjadi sahabat setelahnya adalah Indra Kadican, sekarang perawat di Sijunjung dan Oon Kurnia, sekarang Waka Polsek Muaro Paneh.

Petualangan bermula…

Bogor, 28 Maret 2021.